TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Tinia Budiati mengatakan, secara nilai, kerugian akibat kebakaran hebat di Museum Bahari, Jakarta Utara, adalah tidak ternilai.
Tinia berujar, Pemerintah Provinsi DKI melalui dinas yang ia pimpin akan segera melakukan pendataan terkait dengan kerugian ekonomi disebabkan oleh kejadian tersebut.
"Kemudian kita menginventarisasi, berapa kerugian secara ekonomi. Namun, kalau secara nilai, itu tidak ternilai. Tapi, sebagai aset, itu akan kami hitung," ucap Tinia saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu, 17 Januari 2018.
Baca: Museum Bahari Terbakar, Anies Baswedan: Yang Rusak Dibuat Replika
Saat ini, Tinia masih menunggu hasil penelitian dari pihak kepolisian terkait dengan penyebab terjadinya kebakaran itu. Tinia akan kembali mengunjungi lokasi tersebut siang ini.
"Yang jelas, kami sudah kehilangan benda cagar budaya bangunan bersejarah. Itu merupakan suatu keprihatinan kita semua dan kita tidak bisa menduga itu akan terjadi," tutur Tinia sedih.
Petugas pemadam kebakaran memadamkan api di Museum Bahari, Penjaringan, Jakarta, 16 Januari 2018. Museum Bahari dibangun pada 1771 dan dijadikan tempat penyimpanan rempah-rempah VOC. ANTARA
Museum Bahari di Jalan Pasar Ikan, Jakarta Utara, terbakar hebat pada Selasa pagi, 16 Januari 2018. Api diketahui muncul pukul 09.05 WIB.
Kebakaran berawal dari lantai 2 Gedung C, kemudian api menyambar ke Gedung A. Pemadaman sempat terhambat karena aluminium tebal yang berada di bawah genteng museum. Lapisan aluminium itu menyulitkan pemadam kebakaran menyemprotkan air ke dalam gedung.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan turut memantau proses pemadaman kebakaran Museum Bahari. Museum Bahari dibangun pada 1771 dan dijadikan tempat penyimpanan rempah-rempah VOC.