TEMPO.CO, Bogor - Polisi telah menyita sebuah senjata api terkait tewasnya kader Partai Gerindra, Fernando Alan Joshua Wowor di Lipps Club Kelurahan Sukasari Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor, pada Sabtu, 20 Januari 2017.
Senjata itu dipastikan milik Brigadir Satu Achmad Ridho Sayidas Suhur yang bertugas di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. “Pistol itu senjata api perorangan polri yang dilengkapi surat-surat resmi,” kata Kabid Gakum Polda Jawa Barat Komisaris Besar Iksantyo Bagus Pramono, Ahad, 21 Januari 2018.
Iksantyo menjelaskan, senjata api jenis pistol Glock 17 Kaliber 9 milimeter itu telah disita sebagai barang bukti. Diduga pistol ini yang meletus dan merengut nyawa Fernando. Namun polisi belum memiliki kesimpulan ihwal pemicu letusan itu. "Kami masih melakukan penyelidikan dan akan meminta keterangan Briptu AR yang saat ini dirawat intensif di RS Polri Kramatjati karena kondisinya masih kritis," kata dia.
Glock 17 pistol paling revolusioner yang pernah diciptakan, karena mengadopsi teknologi polimer sebagai bahan baku utama dari bodi Glock. Menggunakan sistem penembakan Double Action, dengan kaliber peluru 9mm dan kapasitas peluru mencapai 17 butir. Pistol ini sempat diterpa gosip bahwa pistol ini tidak bisa dideteksi oleh metal detektor, namun gosip tersebut tidak terbukti benar. gunsandammo.com
Sambil menunggu Achmad Ridho pulih, polisi telah meminta keterangan dari sejumlah saksi. Selain itu, penyidik juga mempelajari rekaman CCTV yang ada di lokasi kejadian. "Kami ingin tahu persis dari lokasi mana penembakan itu," kata Iksantyo.
Iksantyo menegaskan tidak akan buru-buru menyimpulkan siapa pelaku dalam kejadian ini. Sebab berdasarkan keterangan saksi, senjata itu meletus saat terjadi perkelahian dan pergumulan. Sehingga belum jelas betul apakah senjata itu memang sengaja diletuskan atau tidak. "Intinya kami belum tahu masalahnya apa,” ujar dia. “Pasti terjadi sesuatu, tidak mungkin langsung ada perkelahian, bahkan calon istri Briptu AR pun menjadi korban penganiayaan."
Sejumlah saksi mengatakan, insiden yang menewaskan kader Partai Gerindra itu dipicu oleh rebutan tempat parkir. Fernando dan teman-temannya menggunakan mobil sedangkan Achmad Ridho mengendarai sepeda motor besar. Karena saat itu hanya ada satu tempat parkir yang kosong, mereka saling berebut dan sama-sama merasa berhak atas tempat itu.