TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Utama PT Jakarta Properti (Jakpro) Satya Heragandi mengaku kebingungan dengan penyebab runtuhnya box girder Light Rapid Transit (LRT) jalur Velodrome-Kelapa Gading pada Senin, 22 Januari 2018, pukul 00.20.
Menurut dia, pihaknya sudah mengikuti standar prosedur yang berlaku, bahkan dokumen kesehatan dan keselamatan kerja (K3) sudah lengkap dikantongi.
Ia mengaku, saat itu box girder sudah dalam posisi yang tepat dan diletakan di tiang. Tidak ada kendala posisi, box girder dalam posisi tidak terlalu tegang ke atas ataupun kendor ke bawah. Selain itu, ada tali (sling wire) sebanyak 6 di kiri dan kanan, serta 4 di bawah. Sehingga tidak akan bisa putus dan jatuh begitu saja.
Baca : Usai Gelegar Roboh, Bos Jakpro Janjikan Proyek LRT Tak Molor.
"Permit to works, job safety analisis, gak ada risiko itu jatuh. Kalau lihat seperti ini human error ga? bingung kan? sama!" ujar Setya saat ditemui di Balaikota, Jakarta Pusat, Selasa, 23 Januari 2018.
Selain itu, ia juga mengaku tindakan pengendalian seperti inspeksi alat berat Launcher Gantry Span baru dilakukan 20 Oktober 2017 lalu. Sehingga ia heran, baru tiga bulan usia alat diperiksa, insiden tersebut bisa terjadi.
Konstruksi proyek Light Rapid Transit (LRT) yang menghubungkan Kelapa Gading-Velodrome rubuh pada Senin, 22 Januari 2018, pukul 00.20 dan melukai lima pekerja. Adapun letak persis konstruksi yang rubuh tersebut berada di Jalan Kayu Putih Raya, Jakarta Timur, di seberang supermarket Superindo.
Satya kembali menerangkan, box girder di antara tiang P28-P29 ditemukan patah di beberapa tempat karena tertarik. Untuk mengetahui penyebab pastinya, telah diterjunkan tim investigasi dari internal PT Wika, Puslabfor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan tim ahli dari ITB. Dia berharap penyebab ambruknya 15 box girder LRT dengan total panjang 40 meter itu bisa segera ditemukan. "Saya berutang informasi kepada masyarakat," ujarnya.