TEMPO.CO, Jakarta -Khayla Taskia, siswi kelas 1 SDN 15 Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, tenang berjalan melewati jembatan gantung reyot yang menghubungkan RW7 Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Cimanggis, Depok, dengan RW2 Kelurahan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu, 24 Januari 2018.
Bocah 7 tahun itu, hampir saban hari menyeberangi Kali Ciliwung, melalui jembatan yang telah miring dan bergerompal di beberapa bagiannya, untuk pergi ke sekolah. Jembatan dengan panjang sekitar 45 meter tersebut terbuat dari bambu, yang ditahan dengan besi sling, serta beralaskan potongan drum aspal.
Karena kondisinya yang memprihatinkan, Ahad lalu 21 Januari 2018, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengunjungi dan mencoba menyebrangi jembatan gantung tersebut. Bahkan, Anies juga melihat kondisi jembatan lain yang berada di RW yang sama dengan kondisi tidak kalah memprihatinkan. Melihat kondisinya yang telah reyot dan berbahaya, Anies menyebutnya Jembatan Indiana Jones.
Baca : Anies Baswedan Renovasi Jembatan Indiana Jones: Pakai Dana Apa?
"Gak takut kalau jalan di sini karena sudah biasa. Tapi, kalau hujan licin dan enggak berani lewat," kata Khayla, yang mengenakan seragam Pramuka. Khayla mengatakan banyak temannya yang juga selalu lewat jalan tersebut untuk ke sekolah. Rumah Khayla berada di RW7 Kelurahan Pasir Gunung Selatan.
Ida Royah, 37 tahun, warga Pasir Gunung Selatan, hampir setiap hari menjemput anak perempuanya yang sekolah di SDN 15 Srengseng Sawah. Dia menjemput, karena khawatir anaknya terpeleset saat menyeberang jembatan itu.
Menurut Ida, meski jembatan tersebut sudah terlihat lapuk, tetapi warga tetap memilih melewatinya. Soalnya, jembatan tersebut merupakan jalan alternatif terdekat warga ke Srengseng Sawah, atau sebaliknya. "Kalau muter jauh banget bisa 20 menit naik motor."
Jembatan tersebut jarang dilalui warga jika hujan, atau masih basah setelahnya. Soalnya, kondisinya yang licin membuat warga takut terpeleset. "Kalau musim kemarau enak. Kalau hujan siapa yang berani. Apalagi jembatannya goyang-goyang," ujarnya.
Banyak warga berharap jembatan tersebut segera diperbaiki. Sebabnya, jembatan tersebut sering dilalui siswa dari Kelurahan Pasir Gunung Selatan, yang sekolah di SDN 15 Srengaeng Sawah. "Kemarin gunernur sudah datang, dan berjanji akan cepat diperbaiki," ucapnya.
Mathori, warga RT5 RW7 Pasir Gunung Selatan, mengatakan jembatan yang berjarak hanya 10 meter dari rumahnya itu, merupakan jembatan yang dibangun keluarganya pada tahun 1990. "Yang bangun adik saya Marhusin bin Hasan. Makanya orang sering bilang jembatan ini, Jembatan Haji Hasan, seperti nama orang tua saya," ujarnya.
Lima tahun lalu, kata Mathori, jembatan tersebut mendapatkan sumbangan Rp 20 juta seusai mendapatkan kunjungan dari Presiden Joko Widodo saat menjabat Gubernur DKI Jakarta. Saat itu, sumbangan dibelikan kawat sling, bambu dan kawat pengikat, untuk memperbaiki jembatan yang sudah rusak.
Sebelum mendapatkan bantuan Jokowi, kondisi jembatan itu sangat mengenaskan. Soalnya, jembatan itu belum pernah diperbaiki oleh warga. Nah, sekarang kondisinya kembali memprihatinkan karena belum diperbaiki lagi setelah lima tahun berlalu.
"Sekarang bahkan jembatannya miring karena ada tali sling yang putus," ujarnya. Mathori berharap jembatan reyot yang bergoyang jika dilalui tersebut bisa cepat diperbaiki. "Malu. Masa Jakarta masih punya jembatan seperti ini (reyot). Janjinya Anies kemarin dua bulan selesai."
Marianah, 42 tahun, warga RT11 RW2 Kelurahan Srengaseng Sawah, mengatakan jembatan tersebut mendapatkan perhatian saat kejadian pabrik tahu tepat di bawah jembatan, yang ada di RT5 RW7 Pasir Gunung Selatan, meledak. Saat itu, ada wartawan yang menyoroti jembatan reyot tersebut, hingga akhirnya Jokowi yang menjadi Gubernur DKI, datang meninjau dan memberikan bantuan.
"Kebanyakan yang pakai jembatan tersebut siswa dari Depok, yang sekolah di sini (SDN 15 Srengseng Sawah)," tutur Marianah.
Sekitar 300 meter dari Jembatan H. Hasan tersebut, jembatan reyot yang juga ditinjau Anies Baswedan adalah Jembatan Bambon atau Kampung Sawah. Jembatan Bambon menghubungkan RT12 RW2 Kelurahan Srengseng Sawah dengan RT5 RW5 Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Depok.
Jembatan Bambon, telah lebih dulu dibangun warga dibandingkan Jembatan H. Hasan. Usman, 57 tahun, warga RT5 RW5 Pasir Gunung Selatan, mengatakan Jembatan Bambon dibangun sejak tahun 1965 oleh warga. Awalnya, jembatan gantung tersebut hanya terbuat dari bambu, dan besi penyangga.
"Sekitar tahun 1970an baru pakai besi sling untuk menggantungnya," ucapnya. Menurut dia, jembatan tersebut sangat dibutuhkan karena, jika tidak ada warga akan jalan memutar sekitar 3 km untuk menuju ke kawasan Srengseng Sawah. "Pada 1996 jembatan pernah putus diterjang banjir dan dibangun kembali 1997."
Simak juga : Lihat Aksi Anies Basewedan di Jembatan Indiana Jones Jagakarsa
Ketua RW5 Pasir Gunung Selatan, Erlan Sutrajat mengatakan jembatan tersebut memang akan diperbaiki dengan dana corporate sosial responsibility dari PT Wiratman. Pada tahun 2017 lalu, PT Wiratman telah membuat sayembara untuk desain Jembatan Bambon, yang dimenangkan mahasiswa Universitas Indonesia.
"Juni 2017 sudah diumumkan kalau PT Wiratman mau membangun jembatan itu," ujarnya. Bahkan, pada Oktober 2017, PT Wiratman sudah menerjunkan petugas untuk melakukan soil tes atau membuat dudukan pondasi jembatan sedalam 35 meter. "Jadi, kontur tanah juga sudah dicek."
Rencananya jembatan akan dibangun kembali sepanjang 45 meter dengan lebar 1,5 meter. Jembatan yang akan dibangun hanya diperuntukan bagi warga, bukan kendaraan bermotor. Soalnya, jika jembatan dilalui kendaraan bermotor akan cepat rusak. "Nanti dibangun sistemnya tetap tergantung dan bergoyang seperti ciri khas Jembatan Bambon," ucapnya.
Erlan memperkirakan untuk meninggikan dan membangun jembatan tersebut memakan biaya Rp 400 juta, seperti taksiran PT Wiratman. Selain itu, warga, kata Erlan berharap agar pemerintah bisa cepat merespon dalam pembangunan jembatan ini. "Jangan cuma datang dan lihat saja. Tapi, tindak lanjut pembangunan jembatan baru tidak ada."