TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat dalam sepekan terakhir telah terjadi 53 gempa yang berpusat di kawasan Lebak, Banten. Akibat bencana itu sebanyak 2.760 rumah rusak di berbagai tempat.
Lindu pertama terjadi pada 23 Januari pukul 13.34 WIB dengan kekuatan 6,1 Skala Richter. Guncangannya dirasakan oleh masyarakat di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Setelah itu muncul gempa susulan berkali-kali dengan kekuatan lebih kecil. "Di Lebak dan sekitarnya masih sering merasakan gempa susulan ini,” kata Kepala Pusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Jumat, 26 Januari 2018.
Menurut Sutopo, gempa susulan ini sebenarnya adalah gejala yang alamiah. “Setelah gempa besar memang diikuti gempa-gempa susulan untuk membentuk keseimbangan sistem lempeng yang ada," katanya.
BNPB hingga saat ini masih mendata dampak dari bencana alam tersebut. Terdapat 73 kecamatan di sembilan kabupaten/kota pada tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta yang terdampak.
Korban meninggal akibat bencana ini baru tercatat satu orang. Korban bernama Nana Karyana, 40 tahun, yang mengalami serangan jantung. Nana sedang memperbaiki atap rumah saat bumi berguncang. Ia kaget jatuh hingga pingsan lalu meninggal.
Sementara untuk korban luka saat ini baru tercatat 11 orang. Tujuh diantaranya menderita luka berat dan sisinya ringan. Sebanyak 2.760 rumah rusak dengan rincian 291 rusak berat, 575 rusak sedang, dan 1.894 rusak ringan. "Kabupaten Sukabumi dan Lebak adalah daerah yang paling terdampak karena posisinya berdekatan dengan pusat gempa," kata Sutopo.
Sutopo mengatakan Bupati Lebak telah menetapkan status tanggap darurat untuk penanganan korban gempa mulai 23 Januari hingga 5 Februari 2018. Sementara Kepala BNPB Willem Rampangilei menyerahkan bantuan logistik senilai Rp302,9 juta kepada BPBD Lebak. "Data rumah rusak segera diverifikasi agar proses rehabilitasi dan rekonstruksi cepat diselesaikan,” kata Sutopo.