TEMPO.CO, Jakarta - Janji kampanye Anies Baswedan sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta membawa angin segar bagi Ade Supriatin, 53 tahun, tukang becak di Jalan Bandengan Selatan, Kelurahan Pekajon, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Sejak mendengar janji Anies Baswedan tersebut, dua bulan lalu pria asal Karawang, Jawa Barat, itu merogoh tabungannya untuk membeli becak bekas di kawasan Tanah Pasir, Jakarta Utara, seharga Rp 800 ribu.
Profesi sebagai pengayuh becak memang telah dilakoninya sejak 2004. Namun, Ade sempat menghentikan mengayuh, karena becaknya “digaruk” Satuan Polisi Pamong Praja saat Gubernur DKI dijabat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Becak saya diambil Satpol PP di sana," kata Ade sambil menunjuk Jalan Bandengan Selatan, Sabtu, 27 Januari 2018. Saat Ahok menjabat, kata Ade, tukang becak memang sering kucing-kucingan dengan petugas Satpol PP.
Bahkan, becaknya dirampas saat dirinya tertabrak motor karena menghindari kejaran Satpol PP. "Akhirnya pasrah, karena memang dilarang." Sejak becaknya disita Satpol PP, Ade kerja serabutan. Kadang, kata Ade, dirinya bekerja sebagai tukang ojek pangkalan, kadang tukang bangunan. "Apa saja asal ada kerjaan," ucap Ade.
Selama menjadi tukang becak, Ade selalu mencari penumpang di Pasar Pejagalan, Jakarta Barat, meski rumahnya berada di Bandengan Selatan. Ade mulai beroperasi pada pukul 06.00-10.00.
Selepas empat jam menarik becak, Ade biasanya beristirahat di pinggir rel Jalan Kampung Janis RT 01 RW 09, Pekojan, dekat fly over Bandengan Selatan. Selama beristirahat, terkadang ada satu dua penumpang yang naik becaknya.
Karena, pelanggan tetap Ade adalah orang yang datang ke pasar untuk membeli sayuran. "Kalau orang biasa jarang banget naik becak. Paling, satu dua orang saja itu sudah beruntung kalau ada," ujarnya. "Orang lebih milih online (ojek online)," kata Ade.
Ciri becak yang ada di Jakarta Barat, mayoritas tanpa kap atau penutup atas becak. Soalnya, becak lebih banyak untuk mengangkut barang. Menurut Ade, selama ini semua tukang becak yang beroperasi di Pasar Pejagalan, punya langganan tukang sayur atau orang yang mau pergi dan pulang dari Pasar. Selain di Pasar Pejagalan, tukang becak berada di Pasar Angke.
Pada Kamis kemarin, kata Ade, di bawah fly over Bandengan ada keriuhan tukang becak di sana. Karena, ratusan tukang becak dari berbagai tempat di Jakarta Barat dikumpulkan untuk didata. "Kami dikasih label agar bisa beroperasi. Saya dapat nomor 451," ucap Ade.
Ade menepis isu terkait adanya ratusan tukang becak yang hijrah dari luar Jakarta ke kawasan Bandengan. Menurut Ade, isu yang beredar selama ini tukang becak menyerbu Jakarta, tidak benar. "Kemarin itu yang benar adalah pendataan dari Dinas Perhubungan. Bukan tukang becak dari luar," ucap Ade.
Kata Ade, tukang becak dari luar tidak ada yang datang ke kawasannya. Meski benar tukang becak datang, mereka juga akan kesulitan mencari penumpang. "Sudah kalah saing, sama online," kata Ade, menegaskan kembali. "Becak ini angkutan orang ke pasar bawa sayuran."
Tukang becak yang berada di Pasar Pejagalan, memang semua berasal dari luar Jakarta. Bahkan, kata Ade, hampir tidak ada tukang becak yang mempunyai KTP Jakarta. "Yang paling banyak dari Indramayu, Brebes, Karawang, dan Bogor," ucapnya.
Rata-rata pendapatan tukang becak, kata Ade, sekitar Rp 40-50 ribu per hari. Itu pun, kata Ade, belum dikurangi untuk membeli rokok dan kopi. "Kalau saya kopi sehari bisa tiga kali. Rokok sebungkus. Kalau makan di rumah," ujar Ade.
Menurut Ade, jika sedang beruntung tukang becak bisa membawa pulang Rp 80 ribu. Bagi Ade, meski tukang becak tidak lagi dilarang, belum tentu menaikkan pendapatannya. Soalnya, gerak becak juga terbatas hanya di perkampungan dan tempat wisata yang nanti ditentukan lokasinya.
Namun, Ade tetap bersyukur Gubernur DKI Anies Baswedan saat ini peduli kepada orang kecil seperti dirinya, yang mesti menghidupi isti dan tiga orang anak. Ade berjanji akan mematuhi aturan yang akan dibuat untuk para tukang becak yang beroperasi di Jakarta. "Becak lawan arah saja nanti ditangkap di aturan yang baru. Saya siap patuhi," ucap Ade.
Carwan (55), pemilik warung rokok dan kopi di pinggir Jalan Bandengan Selatan, menuturkan sejak 1992 memang becak sudah ada di kawasan ini. Namun, para tukang becak hanya berada di kawasan Muara Baru, Pasar Pejagalan, Pasar Angke dan Kertajaya, Penjaringan. "Becak transportasi orang ke pasar," ucap Carwan.
Warga Bandengan, Imam Subekti (56), mengatakan tidak mempermasalahkan kebijakan Anies Baswedan kembali membolehkan becak beroperasi. Namun, Anies juga harus memastikan tukang becak yang melanggar aturan segera ditindak. "Jangan sampai mangkal di pinggir jalan protokol, dan mengganggu kendaraan lain," ucap Imam.