Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Antusiasnya Anak-Anak Intip Gerhana Bulan Lewat Teleskop di Ancol

image-gnews
Pengunjung Dermaga Hati, Taman Impian Jaya Ancol terlihat mengintip gerhana bulan total lewat teleskop yang disediakan BMKG, Rabu 31 Januari 2018, di Ancol Jakarta Utara. TEMPO/Alfan Hilmi.
Pengunjung Dermaga Hati, Taman Impian Jaya Ancol terlihat mengintip gerhana bulan total lewat teleskop yang disediakan BMKG, Rabu 31 Januari 2018, di Ancol Jakarta Utara. TEMPO/Alfan Hilmi.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - "Woah,” pekik Jonathan saat pertama kali mengintip gerhana bulan total lewat teleskop berukuran 800 milimeter. Bocah berusia delapan tahun itu terlihat menutup mata kirinya dengan telapak tangan. Dengan begitu, ia membiarkan mata kanannya bebas meneropong “Super Blue Blood Moon” pada Rabu 31 Januari 2018 malam itu di Dermaga Hati, Ancol, Jakarta Utara.

Badan Jonathan diangkat oleh ayahnya hingga mendekati lensa teleskop yang posisinya lebih tinggi dari tubuhnya. Sebelumnya ia berjinjit-jinjit agar bisa menggapai lensa. Ukuran badan Jonathan terlihat sama besar dengan teleskop merek Vixen yang disediakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Simak: Ini Kata MUI Soal Tata Cara Salat Gerhana Bulan

Jonathan Frandariku Manuel hanya diberikan kesempatan meneropong kurang dari setengah menit. Ia harus bergantian dengan puluhan pengunjung lain yang mengantre di belakang.

Meskipun hanya diberi kesempatan beberapa detik, wajah Jonathan terlihat sumringah usai dibopong turun oleh ayahnya. Ia kerap mengutarakan apa yang ia lihat di teleskop kepada kakaknya, Aini Dewi Cahyati, 10 tahun. Aini juga ikut baru saja mendapatkan pengalaman baru yakni melihat gerhana bulan lewat teleskop malam itu.

“Warna bulannya aneh. Sedikit merah, sedikit putih,” kata Jonathan sambil cengar-cengir. Dirinya mengaku baru pertama kali melihat gerhana bulan lewat teleskop.

Kakaknya, Aini mengaku dirinya takjub karena bulan yang ia lihat teleskop jelas permukaannya. Ia mengatakan akan menceritakan pengalamannya kepada teman-temannya di sekolah.

“Yang di sebelah sini merah, terus di sisi lain ada putih-putihnya,” kata dia.

Gerhana bulan mulai nampak terlihat di langit pantai utara Jakarta malam itu pukul 19.00, meskipun sebagiannya tertutup awan. Namun selang setengah jam kemudian, bulan nampak hilang timbul. Saat itu mulai banyak orang berdiri mengantre untuk melihat  lebih detil fenomena astronomi yang terjadi 150 tahun sekali itu.

“Bulannya malu-malu,” celetuk salah seorang pengunjung.

Derry Wijaya, 38 tahun sengaja datang membawa anak dan istrinya ke Ancol untuk melihat gerhana bulan total. Setelah setengah jam mengantre,  Derry dan keluarga akhirnya berkesempatan untuk mengintip gerhana dari teleskop. Namun sayang saat itu bulan sedikit tertutup awan sehingga hanya terlihat sebagian. 

 Anaknya yakni Kenji Wijaya berusia enam tahun terlihat antusias memicingkan matanya di lensa. "Bulannya lonjong apa bulat dek?" tanya Derry bergurau. "Bulat," jawab bocah berusia 6 tahun tersebut polos.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Sengaja saya ajak anak saya untuk pendidikan juga. Karena dia pertama kali lihat gerhana bulan," ujar Derry lagi. 

Hingga pukul 20.00, gerhana bulan total tidak dapat terlihat karena tertutup awan. Padahal saat itu adalah waktu dimana bulan bumi dan matahari sejajar posisinya. Di sisi lain, antrean orang yang ingin mencoba telekop semakin mengular sekitar 10 meter. Terpaksa pengunjung yang berada di baris paling depan harus menunggu hingga bulan kembali muncul.

Pengunjung yang lain, Khanza Kusuma Mutia Azzahra berusia 13 tahun mengatakan dirinya rela mengante untuk bisa melihat gerhana bulan lewat teleskop. Di tengah antrean, Kusuma mengatakan dirinya datang Sunter, Jakarta Utara bersama bude dan adiknya. "Kami sudah mengantre selama sejam lebih," kata Kusuma. 

Saat Khansa mengantre pada pukul 20.30, pengunjung sama sekali tidak bisa melihat gerhana bulan karena tertutup awan. Kusuma berharap langit kembali cerah saat ia berada di baris depan. Karena gerhana masih tertutup awan tebal, antrean terhenti sedangkan orang yang berbaris di belakang semakin bertambah. 

"Saya khawatir tidak mendapatkan kesempatan melihat gerhana, karena sampai sekarang masih tertutup awan," kata Khansa. 

Untuk membunuh rasa bosan mengantre, beberapa pengunjung memilih  berswafoto bersama rekan-rekan mereka. Pengunjung yang berada di baris depan juga ada yang mengabadikan momen diri mereka sambil bergaya seakan-akan sedang meneropong di teleskop. 

Akhirnya sekitar pukul 20.50, bulan yang sebelumnya tertutup awan kembali terlihat. Sontak pengujung Ancol yang berada di Dermaga Hati bersorak serentak, "Horee". Pengunjung yang lain pun terkejut sambil menunjuk-nunjuk ke langit, "nah itu muncul" 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan gerhana bulan tidak jelas terlihat dari langit Jakarta. Ia mengatakan malam ini 60 persen langit di Jakarta tertutup awan.

Meskipun begitu, Dwikorita mengatakan BMKG telah menyiapkan 26 teleskop di seluruh Indonesia. Ia mengatakan penyediaan teleskop tersebut adalah upaya untuk memberikan edukasi kepada anak-anak di Indonesia.

"Sayang sekali tertutup awan di Jakarta. Namun kami sudah menyiapkan streaming di Youtube dan info BMKG. Di wilayah lain seperti Makassar, Bengkulu dan Jayapura terlihat jelas. Kami ada beberapa teleskop untuk streaming di wilayah tersebut," ujarnya.  

BMKG menyiapkan dua teleskop khusus dengan merek Vixen untuk menyaksikan gerhana bulan  di Dermaga Hati, Ancol. Teleskop pertama berukuran 800 millimeter sedangkan yang kedua 80 milimeter. 
 
"Lewat teleskop ini sebenarnya biasa kita lihat bintang. Kita bisa tracking rasi bintang dari sini. Nah sekarang ini kita untuk pantau gerhana bulan," kata Kasubid Geofisika potensial dan Tanda Waktu BMKG Suaidi Ahadi. 
 
 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

31 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

Topik tentang kronologi pencabutan artikel arkeologi situs Gunung Padang dari Jurnal Wiley menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Gerhana Bulan Penumbra 25 Maret di Indonesia Akan Singkat, Berikutnya 5 April 2042

32 hari lalu

Ilustrasi gerhana bulan penumbra. Kredit: Dok. Langitselatan.
Gerhana Bulan Penumbra 25 Maret di Indonesia Akan Singkat, Berikutnya 5 April 2042

Gerhana bulan penumbra akan terjadi 25 Maret 2024. Fenomena antariksa itu bisa dinikmati di Indonesia kurang dari satu jam.


Gerhana Bulan Penumbra 25 Maret 2024, Ini Bedanya dengan Gerhana Bulan Total

32 hari lalu

Penampakan Gerhana Bulan Penumbra dari Kota Gorontalo, Gorontalo, 23 Maret 2016. Saat gerhana terjadi cahaya bulan penumbra, cahaya bulan hanya akan sedikit meredup. ANTARA/Adiwinata Solihin
Gerhana Bulan Penumbra 25 Maret 2024, Ini Bedanya dengan Gerhana Bulan Total

Fenomena gerhana bulan penumbra akan terjadi pada sebagian langit Indonesia pada 25 Maret 2024. Apa bedanya dengan gerhana bulan total?


Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

36 hari lalu

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Proses Warna Bulan Jadi Merah Saat Terjadi Gerhana, Berikut Penjelasannya

Bulan tampak berwarna merah selama Gerhana Bulan Total terjadi. Hal ini disebabkan karena proses yang disebut hamburan Rayleigh.


Ada Dua Gerhana Saat Ramadan 2024, Pertanda Apa?

36 hari lalu

Ilustrasi gerhana matahari (Pixabay.com)
Ada Dua Gerhana Saat Ramadan 2024, Pertanda Apa?

BRIN mengungkapkan akan terjadi dua jenis gerhana di bulan Ramadan kali ini, pertanda apa?


4 Peristiwa Gerhana yang Akan Terjadi di 2024, Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan

39 hari lalu

Penampakan Gerhana Matahari Total yang diamati dari Pantai Airleu, Com, Distrik Lautem, Timor Leste, Kamis 20 April 2023. FOTO : Observatorium Astronomi ITERA Lampung  atau OAIL
4 Peristiwa Gerhana yang Akan Terjadi di 2024, Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan

Gerhana matahari selalu menjadi fenomena menarik karena jarang terjadi. Pada 2024, ada 4 gerhana yang akan terjadi.


Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

6 Januari 2024

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

Ada lima gerhana bulan dan matahari yang akan terjadi pada tahun 2024.


Sebagian Bumi Kena Gerhana Matahari Cincin Api Besok, Ini yang Perlu Diketahui

14 Oktober 2023

Foto kombo fenomena alam gerhana matahari sebagian yang diabadikan di Banda Aceh, Aceh, Ahad, 21 Juni 2020. Awal kontak gerhana matahari cincin di wilayah Aceh terjadi pukul 13.18 WIB, puncaknya pukul 14.35. WIB serta berakhir pada pukul 14.42. WIB. ANTARA/Irwansyah Putra
Sebagian Bumi Kena Gerhana Matahari Cincin Api Besok, Ini yang Perlu Diketahui

Apa yang perlu diketahui tentang gerhana matahari cincin api hari Minggu besok?


Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

4 Oktober 2023

Gerhana Bulan terlihat di Bangkok, Thailand, 8 November 2022. REUTERS/Athit Perawongmetha
Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

Gerhana bulan akan terjadi pada Ahad dini hari, 29 Oktober 2023.


Siswa SD Ini Rela Tunggu Gerhana Bulan Penumbra hingga Dini Hari

6 Mei 2023

Clavino Alfatih Firda Putra, 9 Tahun. (Tempo/Maria Fransisca Lahur)
Siswa SD Ini Rela Tunggu Gerhana Bulan Penumbra hingga Dini Hari

Clavino Alfatih Firda Putra, 9 tahun, menyatakan ia sangat ingin melihat gerhana bulan penumbra ini.