TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengaku merinding mendapat laporan hasil riset perusahaan informasi global PT. Nielsen Indonesia yang meramalkan Jakarta akan menjadi episentrum ritel terbesar di kawasan Asia pada 10-20 tahun kelak.
"Nielsen memprediksi Jakarta akan menjadi episentrum ritel, dan saya merinding sekali. Episentrum ritel itu, saya kok merasa ini Tanah Abang," kata Sandiaga seusai salat gerhana bulan di Jalan Pramuka Sari, Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Rabu malam, 31 Januari 2018.
Menurut Sandiaga Uno, saat ini terjadi perebutan ruang yang begitu keras di Tanah Abang. Walhasil, banyak kepentingan yang ada di kawasan tersebut untuk merebut Tanah Abang.
Pemerintah, ujar Sandiaga Uno, akan berusaha keras mempertahankam Tanah Abang untuk masyarakat berpenghasilan rendah, terutama pedagang kaki lima dan sopir angkot. "Mereka yang ingin diberikan keadilan," ujar Sandiaga uno.
Menurut Sandiaga Uno, saat ini Tanah Abang telah menjadi pusat perbelanjaan terbesar Asia Tenggara. Seiring dibangunnya transit oriented depelopmen di kawasan itu, Tanah Abang kelak akan menjadi pusat ritel terbesar di Asia. "Episentrum ritel se-Asia dengan pembangunan TOD (transit oriented development)," demikian klaim Sandiaga Uno.
Sejak November 2017, Sandiaga Uno memang terobsesi menata kawasan Pasar Tanah Abang menjadi seperti Grand Bazaar, Istanbul, Turki. Menurut Sandiaga Uno, kawasan Tanah Abang setiap hari dipenuhi sekitar 300 ribu orang yang hendak meneruskan perjalanan menggunakan kereta api dan angkutan kota mau pun melakukan kegiatan ekonomi.
Adapun jumlah pengunjung di Grand Bazaar Istanbul mencapai 400 ribu per hari. Dengan jumlah pengunjung yang besar, Sandiaga Uno melihat ada potensi bahwa Tanah Abang bisa ditata seperti Grand Bazaar Istanbul. Menurut Sandiaga Uno, perlu ada sistem yang saling terintegrasi untuk mewujudkan kawasan Tanah Abang menjadi pusat perdagangan dan pusat perekonomian terbesar se-Asia Tenggara.
Grand Bazaar di Istanbul, Sandiaga Uno menambahkan, merupakan pasar tertutup tertua di dunia yang dijadikan pusat perbelanjaan dan oleh-oleh yang diminati wisatawan, khususnya bagi pelancong asal Indonesia.
Pasar itu dibuka pada 1455, tak lama setelah penaklukan Konstantinopel. Setidaknya ada 60 lorong yang bisa menampung lebih dari 5.000 toko dan kios. Lokasinya, ujar Sandiaga Uno, persis berada di Kompleks Kota Tua Istanbul, di Distrik Fatih. Pasar tersebut dekat dengan Masjid Biru dan Museum Hagya Sofia.
RALAT:
Judul naskah berita ini sudah diubah pada Rabu 7 Februari 2018, pukul 09.00 WIB, untuk memperbaiki kesalahan penulisan. Kami meminta maaf atas kesalahan judul sebelumnya.
Terima kasih.