TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan pedagang kaki lima atau PKL menggelar dagangannya di atas trotoar Jalan Sudirman, dekat jembatan penyeberangan Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta Pusat. Kebanyakan mereka berjualan baju, sepatu, hingga kebutuhan sehari-hari.
Mereka menggelar dagangan, siap menjemput laba dari para pekerja yang pulang kantor. Ada puluhan lapak yang Tempo amati selalu hadir di rentang pukul 17.00–21.00 pada 30 Januari 2018. Beberapa memang terlihat sukses menjaring pembeli.
Baca juga: Penyebab Sandiaga Uno Angkat Tangan Soal PKL di Trotoar Sudirman
Hari berikutnya mereka menghilang. Mereka hanya tampak di sudut dekat Jalan Benhil Raya, berkumpul dengan beberapa karung dagangan mereka. Berpasang-pasang mata memperhatikan sekitar 20 petugas Satpol PP yang berjaga.
Kepala Satpol PP Benhil Dedi Siregar mengatakan, ia dan anggotanya berjaga sejak pukul 17.15 WIB. “Tadi sempat ada yang sudah gelar lapak sekitar 10 orang, tapi kami minta dibereskan,” kata Dedi saat ditemui di lokasi. Rencananya, dia akan berjaga hingga beberapa hari ke depan. “Akan kami jaga terus,” kata dia.
Leo, salah satu pedagang, mengaku berjualan di sana karena terpaksa setelah diminta pindah dari Pasar Benhil. “Saya bayar uang keamanan, tapi bukan karena nyetor itu saya dagang di sini. Tapi emang enggak punya tempat lain. Kan keluarga butuh makan,” tutur dia.
Wakil Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Hidayatullah menduga para pedagang berani turun ke trotoar akibat dampak penataan di Pasar Tanah Abang. Di lokasi itu pedagang kaki lima diberi ruang di atas jalan raya dan difasilitasi tenda. “Mungkin ya, tapi Pak Lurah bilang ini segera ditertibkan, kok. Bukan hanya diusir lalu ditinggal, tapi dijaga,” kata dia.
Lurah Bendungan Hilir Gatra Pratama mengatakan telah mendapat laporan ada sekitar 20 pedagang kaki lima yang sempat turun ke trotoar. Dia membenarkan mereka adalah eks pedagang di ruko Pasar Benhil milik pemda DKI.
“Dulu mereka jualan di dalam kaveling 36, di seberang pasar. Nah, sekarang kan mau dibangun, akhirnya kucing-kucingan deh sama aparat,” kata Gatra.
Gatra menambahkan, para PKL tersebut sempat dua bulan nekat berjualan di trotoar. Waktu berjualan mereka dari sore sampai malam. “Kalau malam minggu lebih ramai,” ujar dia.
Namun Gatra menyangkal jika dikatakan pihaknya diam saja. Selama ini ia sudah berusaha mensosialisasi larangan kepada para pedagang. “Namun mereka hanya mengaku mengerti, tapi tetap kembali nekat berjualan.”
Rencananya, Gatra akan memanggil mereka lagi untuk sosialisasi. Ia juga akan meminta bantuan Satpol PP untuk menghalau para pedagang yang masih nekat berjualan. “Saya juga akan bikin spanduk larangan di sepanjang trotoar itu nanti,” kata Gatra menjelaskan soal PKL.