TEMPO.CO, Jakarta -Seorang sopir angkutan kota atau angkot bernama Agus Maryanto, 45 tahun, menjelaskan jumlah penumpang yang naik di angkutan kota OK-OTrip trayek OK-2 jumlahnya naik hingga 50 persen. Bahkan, saat liburan atau tanggal merah, jumlah itu bisa melesat hingga 100 persen.
"Sehari itu bisa 100 orang lebih yang saya angkut," ujar Agus saat ditemui di terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Jumat, 2 Februari 2018.
Agus menjelaskan, salah satu faktor yang menyebabkan tingginya permint angkot OK-Otrip trayek OK-2, karena tidak dikenakan tarif sama sekali alis gratis hingga bulan April nanti. Hal ini yang membuat masyarakat berbondong-bondong menjajal moda transportasi itu.
Baca : Keluhan Sopir OK-OTrip Trayek OK-2: Gak Sempat Makan, Apalagi Salat, dan...
OK-Otrip merupakan program yang diusung Anies-Sandi pada masa kampanye. Dilansir dari situs kampanye Jakartamajubersama.com, OK-Otrip merupakan penamaan sistem transportasi yang mengintegrasikan bus Transjakarta, angkot, dan bus feeder.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan program itu diluncurkan untuk menurunkan biaya transportasi bagi warga DKI dengan konsep satu karcis untuk satu perjalanan. Harga satu karcisnya diusulkan sebesar Rp 5 ribu.
Selain Agus, supir OK-Otrip lain yang Tempo temui di lokasi adalah Andi Jaya. Andi, yang sebelumnya berprofesi sebagai supir pribadi ini mengaku kehadiran angkot trayek OK-2 sangat dinantikan para masyarakat. Pasalnya, setiap hari dalam delapan rit perjalanan angkot, mobilnya tidak pernah sepi penumpang.
Seorang penumpang menjajal kartu OK-Otrip untuk membayar ongkos angkot di DKI Jakarta pada Senin, 15 Januari 2018. FOTO: TEMPO/M Julnis Firmansyah
Hal ini, kata dia, disebabkan dulunya hanya ada beberapa angkot yang melayani trayek Kampung Melayu - Duren Sawit, bahkan rentang waktu antara satu angkot bisa sampai satu jam. Padahal, masyarakat di trayek tersebut membutuhkannya. "Sekarang setiap lima menit udah ada angkot OK-OTrip yang lewat, dan gratis. Jadinya ramai," ujarnya.