TEMPO.CO, Jakarta - Sopir angkot jurusan M08 Tanah Abang-Kota menolak tawaran program OK-OTrip yang diajukan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Mereka mengatakan sopir yang telah bergabung OK-OTrip mengeluh karena gaji telat turun.
"Pemerintah mau redam aksi demo kemarin terjadi lagi dengan menawarkan Ok-OTrip,” kata salah seorang sopir angkot, Abdul Rosyid, 48 tahun saat ditemui di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Ahad 4 Februari 2018.
Abdul secara pribadi menolak mengikuti OK-OTrip karena harus memiliki KTP DKI Jakarta. Menurutnya salah satu persyaratan mengikuti OK-OTrip tersebut tidak adil karena sebagian besar sopir mikrolet di Tanah Abang berasal dari luar Jakarta.
“Kebanyakan kami KTP Bogor, Bandung, Jawa Tengah. Orang betawi bisa dihitung pakai jari,” kata dia.
Baca: Koperasi Angkot Keluhkan Tunggakan Program OK-OTrip, Nilainya...
Abdul mengatakan dirinya bersama beberapa sopir angkot M03, M08 dan M10 diundang ke Kantor Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta, Senin 5 Februari 2018. Abdul mengatakan mereka datang ke sana untuk berbincang dengan Kadishub DKI Jakarta Andri Yansyah terkait penerapan OK-OTrip.
"Banyak gembar-gembor teman-teman kami katanya tidak jalan OK-OTrip. Gajinya suka telat turun. Pemerintah perbaiki dulu manajemen pemberian gajinya, baru ditawarkan ke kami," kata Abdul.