TEMPO.CO, Jakarta -Sejumlah sopir angkutan kota atau angkot M08 jurusan Tanah Abang-Kota menolak mengikuti OK-OTrip yang ditawarkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Mereka mengaku khawatir dikekang kerjanya saat mengikuti program OK-OTrip nanti.
“Kalau OK-OTrip kan terikat jam kerjanya. Saya tidak nyaman. Kebebasan batinnya tidak ada,” kata salah seorang sopir angkot, Ahmad Fauzy saat ditemui di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Ahad 4 Februari 2018.
Baca : Koperasi Angkot Keluhkan Tunggakan Program OK-OTrip, Nilainya...
Fauzy mengatakan dahulu ia pernah bekerja sebagai sopir pribadi. Ia mengatakan gajinya sebagai sopir lebih besar ketimbang menjadi sopir angkot. Namun ia mengaku lebih menikmati menjadi sopir angkot, alasannya ia bisa mengatur waktu istirahat dan bekerja.
Selain Fauzy, penolakan juga disampaikan sopir angkot lain yakni Usep Sofyan, 57 tahun. Usep mengatakan, salah satu kenyamanan menjadi sopir angkot adalah mendapatkan kebebasan bekerja. Asep mengaku sudah nyaman dengan kondisi sekarang karena bisa leluasa menentukan waktu istirahat, makan atau ibadah.
“Bukan masalah besaran gaji yang dikasih. Yang jelas kebebasan saya sekarang ini apakah bisa didapat di OK-OTrip,” ujarnya.
Sopir yang tergabung dalam OK-OTrip akan bekerja selama delapan jam sehari. Angkot OK-OTrip beroperasi dari 05.00 hingga 22.00 dan dibagi oleh dua shift. Aplusan pertama bekerja dari 05.00 hingga 13.00. Sedangkan aplusan kedua bekerja dari 14.00 hingga 22.00.
Angkot yang sudah terintegrasi dengan program OK-Otrip menaikkan dan menurunkan penumpang di Terminal Kampung Melayu, Jakarta, 16 Januari 2018. TEMPO/Subekti.
Sebelumnya, banyak sopir angkot OK-OTrip trayek OK-2 (Kampung Melayu - Duren Sawit) mengaku kesulitan mengatur waktu istirahat. Salah satu sopir OK-OTrip, Andi Jaya menyebutkan selang waktu berangkat antara satu angkot dengan lainnya hanya lima menit.
Akibatnya dia dan kolega sopir angkot lainnya tidak sempat istirahat makan dan menunaikan ibadah salat. Pendeknya waktu istirahat tersebut, kata dia, disebabkan jumlah armada yang saat ini hanya sedikit. "Waktu istirahat cuma lima menit, mau makan juga ga sempet, apa lagi salat," ujar Andi saat ditemui di terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Jumat, 2 Februari 2018.