TEMPO.CO, Jakarta -Penyidik polisi menganggap ada kelalaian kerja yang menjadi penyebab crane ambruk di proyek double-double track Manggarai-Jatinegara, Jakarta Timur. Namun, juru bicara PT Hutama Karya Adjib Al Hakim mengatakan proyek double-double track itu telah dikerjakan sesuai standar operasional prosedur.
Yakni dalam peristiwa menjadi penyebab melejitnya front leg launcher gantry (peluncur untuk memasang (gilder). "Pekerjaan sudah sesuai SOP," kata Adjib, Senin, 5 Februari 2018.
Baca Juga:
Ahad pagi 4 Februari 2018 lalu, peluncur pemasang beton konstruksi double-double track melesat dari dudukannya. Akibatnya, empat orang pekerja proyek tersebut tewas karena terjatuh dan tertimpa konstruksi peluncur tersebut.
Baca : Kasus Crane Double Track Ambruk Dilimpahkan ke Polres Jaktim
Hutama Karya telah menyerahkan penyelidikan kepada polisi untuk mengetahui penyebab melejitnya peluncur dari dudukannya. Intinya, kata dia, pekerja sudah melakukan pekerjaan sesuai SOP. "Untuk penjelasan teknisnya tidak bisa dijelaskan. Sebab, teknis sekali," ucap Adjib.
Selain itu, perusahaan juga belum bisa menaksir jumlah kerugian imbas kecelakaan kerja itu. Namun, untuk para pekerja yang menjadi korban telah mendapatkan bantuan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. "Korban akan mendapatkan bantuan," ucapnya.
Lebih jauh ia menuturkan pekerjaan proyek double track tersebut ditargetkan rampung pada September 2019. Untuk mengejar target agar tepat waktu, pembangunan juga kerap dikerjakan 24 jam tanpa henti oleh pekerja yang bergantian.
"Pekerjaan bukan 24 jam (terus menerus) kami sesuaikan target dari 0-100 persen, kalau perlu 24 jam ya 24 jam. Tergantung jadwal. Bukan setiap hari 24 jam," ujarnya.
Proyek double track tersebut telah dikerjakan sejak tahun 2015. Kecelakaan kerja yang terjadi Ahad kemarin, kata dia, tidak akan mengganggu target penyelesaian proyek itu. "Dari rencama target tidak berpengaru. Itu kan memang proyek jangka panjang."
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur Komisaris Komisaris Besar Yoyon Tony Surya Putra mengatakan penyebab utama melesetnya front leg launcher gantry (peluncur untuk memasang girger) karena kelalaian operator. "Di sini ada kelalaian operator. Dia calon tersangka dalam kasus ini," kata Yoyon.
Seusai dilakukan olah tempat kejadian perkara, kata Yoyon, tim investigasi juga ingin meluruskan berita yang berkembang soal kecelakaan kerja tersebut. Menurut Yoyon, kecelakaan tersebut bukan crane proyek yang terjatuh, melainkan melesetnya puncur itu, dari dudukannya.
Peluncur tersebut, kata dia, terlepas dari dudukannya yang terpasang di False Segmen tiang CP22. Kejadian saat itu, saat pekerja ingin memasang lower cross beam (LCB). "Kejadian saat LCB mau dipasang ke False Segmen, tapi tiba-tiba peluncur terlepas dari dudukannya yang terpasang pada false segmen," tutur Yoyon.
Terkait kasus crane ambruk, ternyata ini bukan sekali saja peristiwa kecelakaan. Tapi di kawasan dan lokasi yang sama sudah tiga kali kejadian. Pertama besi pengail untuk mengangkat barang dari crane dan besi panjang 2 meter yg jatuh menimpa rumah warga.