TEMPO.CO, Jakarta - Terdakwa teroris Oman Rochman alias Aman Abdurahman alias Abu Sulaiman didakwa sebagai dalang teror bom Sarinah di kawasan Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, pada 2016. Aman menjadi otak intelektual untuk melakukan aksi yang terinspirasi dari serangan teror di Paris, Perancis, pada 2015.
Jaksa Penuntut Umum Anita Dewayani mengatakan teror di Thamrin mulai didiskusikan pada November 2015 antara Saiful Muthohir alias Abu Gar dengan Aman. "Saat itu, Aman mengatakan ada perintah dari umaroh atau pimpinan khilafah dari Suriah untuk melaksanakan amaliah jihad, seperti yang terjadi di Paris, Perancis," kata Anita dalam sidang pembacaan dakwaan terdakwa Aman di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis, 15 Februari 2018.
Pada akhir Desember 2015, Saiful Muthohir mengajak Muhammad Ali alias Abu Isa bertemu di Srengseng, Jakarta Barat, untuk menyerahkan operasional amaliyah yang diminta Muhammad Ali.
Dalam pertemuan tersebut, Muhammad Ali juga melaporkan bahwa sudah ada empat orang pelaksana amaliyah yang diperintahkan terdakwa Aman dan Iwan Darmawan Muntho alias Rois yang teknis pelaksanaannya menggunakan senjata api dan bom.
Bom tersebut akan dibuat oleh ahli membuat peledak, anggota dari Cirebon, Jawa Barat, dengan target di Jalan Sabang Jakarta. Alasannya, "di sana banyak bule."
Pada saat itu, Muhammad Ali juga meminta Saiful Muthohir untuk menyampaikan pesan dan salamnya kepada terdakwa Aman dan Iwan Darmawan Muntho, serta memohon doa dari keduanya. "Disiapkan duit Rp 200 juta untuk aksi teror di Thamrin," ucap Anita.
Pada 14 Januari 2016 sekitar pukul 10.20 WIB, Muhammad Ali bersama dengan Sunakim, Dian dan Azzam, melakukan tindak kekerasan bom Sarinah berupa serangan dengan cara meledakkan gerai Starbucks Cafe di pusat perbelanjaan Sarinah atau pos polisi lalu lintas di Jalan MH Thamrin. "Keempat pelaku bom bunuh diri semuanya meninggal dunia," ujar Anita.
Serangan ledakan bom Sarinah di Jalan Thamrin Jakarta merupakan pelaksanaan amaliyah seperti di Paris sebagaimana yang diperintahkan oleh terdakwa Aman. Selain menewaskan empat orang korban, juga ada warga sipil dan polisi yang menjasi korban tewas.
"Empat pelaku tewas dalam aksi bom bunuh diri itu, yakni Muhamad Ali Sunakin, Dian dan Azzam," ujarnya. Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan massif di sejumlah tempat di Kota Paris, Prancis, 13 November 2015. Peristiwa itu menewaskan sedikitnya 128 orang dan 180 orang lagi terluka.
ISIS mengklaim telah mengirimkan kader militannya dengan rompi bom bunuh diri, berikut senapan mesin ke sejumlah lokasi di jantung kota Paris. Serangan teror itu dirancang untuk mengingatkan Prancis, bahwa mereka akan menjadi target utama sepanjang negara itu melanjutkan kebijakan politiknya seperti sekarang ini.
Menurut Anita, kelompok Aman dengan bom Sarinah di Jalan Thamrin, Jakarta, adalah pendukung ISIS. "Aman memang mendukung gerakan ISIS."