TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan penyebab Jakarta dikepung banjir pasca hujan tiga jam nonstop pada siang ini, Kamis, 15 Februari 2018. Menurutnya, banjir disebabkan drainase perkotaan yang tidak mampu mengalirkan aliran permukaan.
"Hujan lebat menyebabkan aliran permukaan melebihi kapasitas pengaliran drainase. Banjir dan genangan saat ini lebih cepat surut," ujar Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 15 Februari 2018.
Sutopo menjelaskan, Jakarta makin rentan banjir karena terbatasnya kawasan resapan air. Pembangunan yang masif dengan kondisi permukaan yang kedap air dan terbatasnya resapan air, serta konservasi tanah dan air telah menyebabkan sekitar 85 persen curah hujan yang jatuh di wilayah Jakarta dikonversi menjadi aliran permukaan.
Hujan yang turun siang ini mengakibatkan banjir dengan ketinggian bervariasi. BNPB merilis, sebanyak 53 RW di 18 Kelurahan yang ada di empat wilayah Jakarta terendam air. Jakarta Barat menjadi kawasan yang paling banyak tergenang karena hujan pada hari ini, yakni sebanyak 27 RW terendam. Urutan kedua adalah Jakarta Utara dengan 19 RW, Jakarta Timur dengan 5 RW, dan Jakarta Pusat dengan 2 RW.
Lebih lanjut, Sutopo menjelaskan, hanya sekitar 15 persen air hujan yang tertahan di permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah. Hal itu yang diduga menyebabkan setiap hujan deras sering timbul banjir dan genangan.
Ke depan, untuk meminimalisasi banjir, Sutopo berpendapat pemerintah perlu memperbanyak pembangunan embung, sumur resapan, danau mini, biopori, restorasi anak-anak sungai, taman sebagai resapan air dan lainnya.