TEMPO.CO, Jakarta - Satu bulan lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan uji coba program One Karcis, One Trip atau OK-OTrip, sesuai dengan janji kampanyenya. Anies mengatakan uji coba itu untuk mengetahui letak kekurangannya.
“Hari ini kita mulai uji coba OK-Otrip. Tentu kalau yang namanya uji coba belum sempurna. Sekaligus kita mengevaluasi di mana letak kekurangannya, mana letak masalahnya, dari situ nanti kita perbaiki," kata Anies Baswedan di Balai Kota Jakarta pada 15 Januari 2018.
Baca Juga:
Pada 19 Februari 2018, diluncurkan dua trayek OK-Otrip yakni Lebak Bulus-Pondok Labu (8 angkutan umum dari Koperasi Wahana Kalpika) dan Grogol-Jembatan Dua (9 angkutan umum dari Koperasi Wahana Kalpika).
Baca juga:
Dishub Targetkan 2600 Angkot Gabung OK-OTrip Anies-Sandi
Anies Uji Coba OK-Otrip, Ternyata Pengguna Harus Beli Kartu Baru
Satu bulan lalu ada tiga trayek yang dioperasionalkan. Yakni Kampung Melayu- Duren Sawit (15 unit dari Budi Luhur), Semper-Rorotan (17 unit dari KWK) dan Kampung Rambutan-Pondok Gede (14 unit dari KWK). Sehingga keseluruhannya ada 63 unit armada dari dua koperasi mengikuti program OK-Otrip.
Koran Tempo edisi 20 Februari 2018 menurunkan reportase satu bulan uji coba program OK-Otrip tersebut. Ternyata program OK-OTrip masih menyisakan sejumlah “pekerjaan rumah”. Masalah yang tersisa dari sistem yang belum berfungsi optimal hingga rendahnya minat koperasi untuk bergabung dalam program pengintegrasian angkutan umum tersebut.
Tempo mencoba angkutan umum OK-OTrip rute Kampung Rambutan-Pondok Gede, Jakarta Timur. Ternyata, mesin tap tak dapat membaca kartu OK-Trip. Di mesin tap tertulis kata "error".
Petugas Transjakarta yang bertugas memantau OK-OTrip di sana, Isyai, mengatakan memang ada kartu yang tak bisa terbaca di mesin. Menurut dia, hal itu terjadi lantaran OK-OTrip masih dalam tahap uji coba.
Masalah lain, minat penumpang terhadap OK-OTrip juga masih rendah. Selama kurang dari satu jam perjalanan Kampung Rambutan-Pondok Gede, hanya ada dua penumpang yang naik. Itu pun keduanya tak memiliki kartu OK-OTrip. "Belum ada (kartu). Naik ini karena masih gratis saja," kata Siti Hasanah, warga Gang Cengkeh, Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Ketua Koperasi Budi Luhur, Saud Hutabarat, membenarkan bahwa kebanyakan penumpang tak mempunyai kartu OK-OTrip. "Sekitar 70 persen memang tak punya," ujar dia. Koperasi Budi Luhur merupakan salah satu koperasi angkutan umum yang telah bergabung dalam program OK-OTrip.
Berdasarkan catatan PT Transjakarta, hingga 18 Februari 2018, total penumpang OK-OTrip adalah 82.228 orang. Sedangkan penjualan kartu OK-OTrip baru 8.087 lembar. PT Transjakarta merupakan koordinator integrasi angkutan dengan tarif Rp 5.000 untuk perjalanan selama tiga jam tersebut.
Jumlah angkutan umum yang bergabung dalam OK-OTrip juga masih terbatas. Sejak uji coba pada 15 Januari lalu, baru 63 angkutan umum dari dua koperasi yang bergabung. Di samping anggota Koperasi Budi Luhur, yang telah bergabung adalah anggota Koperasi Wahana Kalpika.
Adapun koperasi lain yang belum bergabung adalah Komilet, Kopamilet, Kolamas, dan Puri Mas. Koperasi tersebut enggan bergabung dengan OK-OTrip karena menilai tarif kompensasi OK-OTrip sebesar Rp 3.459 per kilometer tak menguntungkan.
Kepala Bidang Angkutan Jalan Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Masdes Araufi, mengatakan, selama masa uji coba, pemerintah DKI menargetkan 100 angkutan umum tergabung dalam OK-OTrip. "Saat ini sudah ada 63," ujar dia. Masa uji coba berlangsung tiga bulan hingga 15 April mendatang. Selama masa uji coba, pemerintah DKI juga menggratiskan ongkos angkutan OK-OTrip.
Simak juga:
Beginilah Keluhan Penumpang di Uji Coba OK-Otrip Sandiaga Uno
5 Koperasi Angkutan Batal Ikut Uji Coba OK-Otrip dengan Alasan..
Masdes menambahkan, untuk tahun ini, pemerintah DKI menyiapkan dana public service obligation (PSO) bagi 2.687 angkutan umum yang bergabung dalam OK-OTrip. Total dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2018 itu senilai Rp 3,3 triliun.
Untuk mendorong para sopir dan koperasi bergabung dengan OK-OTrip, pemerintah DKI kemarin memberangkatkan 250 sopir dari 11 koperasi ke Tegal, Jawa Tengah. Di sana, mereka akan mengikuti pelatihan tentang transportasi.
"Itu untuk meningkatkan kemampuan, sikap, dan perilaku pengemudi agar sesuai dengan standar pelayanan minimum," ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Andri Yansyah menjelaskan soal program OK-OTrip.