TEMPO.CO, Jakarta - Korban runtuhan material Tol Becakayu, Waldi, ditempatkan di ruangan VIP Gedung Harja Tiga Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Pria 46 tahun itu diduga mengalami luka dalam serius akibat jatuh dari ketinggian belasan meter.
Waldi merupakan satu dari tujuh pekerja konstruksi jalan layang yang menjadi korban dalam insiden ambruknya timber bracket jalan tol Becakayu pada Selasa dini hari, 20 Februari 2018.
Saat Tempo menemuinya, terlihat Waldi ditemani oleh enam orang rekan sesama pekerja jalan layang itu. Salah satunya minta dipanggil dengan julukan "Ambon". Mereka mengaku berada di situ untuk menemani Waldi menunggu keluarganya datang dari Kendal, Jawa Tengah. Istri dan anak semata wayangnya, yang duduk di bangku SMP langsung berangkat dari Kendal begitu mendapat kabar kecelakaan yang menimpa Waldi.
Baca: Ini Kondisi Terkini 6 Korban Kecelakaan Tol Becakayu
Dengan terbata-terbata, Waldi menceritakan kejadian nahas yang baru pertama kali dialaminya itu. "Saya mulai kerja dari pukul 18.00. Malamnya pukul 22.00, ada instruksi untuk mencor tiang, tapi hujan dan akhirnya ditunda jadi jam 23.00," ujar Waldi kepada Tempo, Selasa, 20 Februari 2018.
Sesekali dia terlihat meringis kesakitan. Ia juga terlihat mengusap-usap luka di bagian hidung yang tertutup perban.
Waldi bercerita, saat selesai mengecor dan masuk tahap finishing pada pukul 03.30 WIB, ia bersama keenam rekannya sedang berada di atas timber bracket atau tiang penyangga pelat besi. Tiba-tiba pijakan tersebut ambruk dan menjatuhkan Waldi beserta pekerja Tol Becakayu yang lain dari ketinggian belasan meter.
Baca: Puslabfor Sebut Pier Head Tol Becakayu Bukan Ambruk, Tapi Melorot
Waldi terlihat beberapa kali menangis saat bercerita kenangan buruk tersebut. Terlebih, saat menceritakan hal itu, berita televisi di dalam ruangan itu menyiarkan kondisi terkini tiang pancang Becakayu.
Setelah jatuh, Waldi segera berdiri dan lari menjauhi lokasi kejadian. Di tengah kondisi menegangkan itu, ia baru menyadari bagian atas hidungnya telah robek terhantam material bangunan hingga mengucurkan darah.
Bukannya menuju rumah sakit, Waldi justru memilih kembali ke bedeng, rumah papan sementara tempat ia dan para pekerja Tol Becakayu yang lain tinggal. Di bedeng, Waldi langsung mandi dan membersihkan luka di hidungnya.
"Saya ga mau dibersihkan dokter, trauma," ujar Waldi.
Ia mengungkapkan, pernah mengalami luka di bagian perut dan dibersihkan dengan cara disikat oleh dokter yang merawatnya. Sehingga, ia memilih membersihkan luka di hidung tersebut dengan tangannya sendiri ketimbang disikat oleh dokter.
Namun, ternyata luka yang dialami Waldi tidak hanya robek itu. Sebagian wajahnya membengkak dan lecet-lecet. Dicurigai ada luka dalam yang dialaminya, sehingga pekerja Tol Becakayu itu langsung dilarikan ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk diperiksa lebih lanjut.