TEMPO.CO, Jakarta - Pekerja pembangunan Tol Becakayu (Bekasi-Cawang-Kampung Melayu) terlihat masih beraktivitas meski Kementerian PUPR menetapkan moratorium proyek jalan layang. Moratorium atau penghentian sementara semua proyek elevated di seluruh Indonesia itu diambil setelah konstruksi Tol Becakayu ambruk Selasa lalu.
Seorang pekerja Tol Becakayu, Abdul Faqih, 27 tahun, mengatakan belum mengetahui adanya moratorium tersebut. Soalnya Abdul masih ditugasi oleh mandornya untuk bekerja. "Saya masih disuruh kerja, tapi memang sebagian diliburkan" kata Abdul di lokasi pembangunan Tol Becakayu di Jalan Panjaitan, Kamis 22 Februari 2018.
Bersama para pekerja lain, Abdul terlihat membenahi beberapa besi konstruksi yang ada di bawah tiang Tol Becakayu. Namun para pekerja dilarang untuk naik ke atas tiang konstruksi.
Baca: Cerita Pekerja Tentang Shift Pekerjaan di Proyek Tol Becakayu
Pria asal Cianjur, Jawa Barat itu, telah satu bulan bekerja untuk membantu pembangunan konstruksi tol tersebut. Abdul dibayar upah per hari Rp 80 ribu, yang dibayarkan setiap dua pekan sekali.
Abdul bekerja dari pukul 08.00 sampai 16.00. Hari ini ada enam pekerja yang masuk dari total 100 pekerja yang dibawahi satu mandor. Adapun, gaji para pekerja bervariasi dari Rp 75 ribu-120 ribu per hari.
"Saya tidak tahu nanti bagaimana. Kalau memang proyek ini mau dihentikan sementara, saya minta gaji saya dan pulangkan kembali saya ke Cianjur," ujarnya. "Tapi saya masih disuruh kerja."
Baca: Puslabfor Sebut Pier Head Tol Becakayu Bukan Ambruk, Tapi Melorot
Seorang pekerja lainnya, yang tidak mau menyebutkan nama, mengatakan sejak Selasa lalu dia masih diminta bekerja. Namun, untuk titik yang dipasang garis polisi memang pekerja dilarang masuk. "Kami cuma diminta beres-beres saja."
Kecelakaan kerja itu terjadi pada Selasa dinihari, 20 Februari 2018. Saat itu, cetakan kepala kolom pada proyek Tol Becakayu di Jalan DI Panjaitan, Kebon Nanas, Jakarta Timur, ambrol. Akibatnya, tujuh orang pekerja terluka.
Saat ini, enam pekerja korban besi Tol Becakayu yang jatuh telah dirawat di Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia, dan seorang dirawat di Rumah Sakit Polri Kramat Jati. Keenam korban yang ada di RS UKI Cawang tersebut yaitu Supri, 46 tahun, Kirpan (36), Sarmin (45), Rusman (35), Joni Arisman (40), dan Agus (17). Sedangkan korban yang di RS Polri Kramat Jati bernama Waldi (41).