TEMPO.CO, Jakarta - Polisi telah menyebar sketsa empat wajah pria yang diduga menyiram air keras wajah penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, dan membuka hotline pengaduan.
Menurut juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono, polisi telah menerima 900 informasi via telepon dan 500 pesan pendek. Dari 1.400 laporan tersebut ada satu yang membuat polisi girang. "Hanya ada satu orang pekan kemarin yang menginformasikan melihat satu dari empat sketsa (pelaku) yang disebar polisi," kata Argo di Jakarta Internasional Expo, Kemayoran, Jakarta Utara, hari ini, 24 Februari 2018.
Pelapor memberikan alamat. Polisi pun, Argo melanjutkan, meluncur sesuai alamat yang diberikan. Penyidik berharap bisa mengorek keterangan untuk meringkus pelaku.
Lihat: Mencari Data Tambahan, Polisi Akan Periksa Lagi Novel Baswedan
Penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan terjadi pada 11 April 2017 oleh dua orang berboncengan sepeda motor. Penyerangan terjadi ketika dia pulang dari salat subuh di Masjid Al-Ikhsan dekat rumahnya, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kamis lalu, 22 Februari 2018, Novel pulang ke rumahnya setelah berobat di Singapura.
Sketsa wajah pelaku dibuat oleh Pusat Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Pusinafis) Polri bersama Australian Federal Police (AFP) berbekal rekaman closed-circuit television (CCTV) di tempat kejadian. Penyidik juga telah memeriksa 66 saksi.
Argo menjelaskan, menelusuri pelapor tadi polisi terbang ke Jawa Tengah sesuai alamat yang diberikan oleh pelapor. Setelah polisi menelusuri alamat tersebut, ternyata alamatnya palsu. "Kami datangi, tapi alamatnya tidak ada."
Meski begitu, polisi akan terus membuka layanan hotline dan melakukan pengusutan sampai bisa mengungkap kasus Novel Baswedan. Argo memastikan bahwa empat gambar wajah yang telah disebar kemiripannya mendekati 90 persen dengan wajah pelaku. "Kami masih terus menyelidiki kasus ini," ucap Argo.