TEMPO.CO, Jakarta - Pedagang kaki lima atau PKL di kawasan Melawai, Jakarta Selatan, belum mengetahui rencana pemerintah Jakarta untuk memindahkan mereka dari trotoar ke gedung perkantoran. “Belum ada sosialisasi,” kata Parmin, pedagang bakso, Senin, 5 Maret 2018.
Parmin mengatakan, jika memang rencana itu benar, ia tidak punya pilihan selain mengikuti rencana pemerintah itu. “Kalau sudah disuruh, ya, mau gimana lagi?” ujarnya.
Sebaliknya, seorang penjual batagor, yang tidak mau disebut namanya, keberatan jika nanti ditempatkan di gedung perkantoran. Alasannya, ia khawatir dikenakan biaya sewa yang mahal. “Saya memilih tetap jualan di pinggir jalan,” ucapnya.
Rencana relokasi PKL di kawasan Melawai itu sebelumnya disampaikan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Bahkan Sandiaga akan meminta pemilik dan manajemen gedung di kawasan itu menampung para pedagang. Alasannya, para karyawan yang berkantor di sana justru menjadi konsumen utama pedagang kaki lima. Sandiaga juga meminta Lurah Melawai tidak memaksa pedagang menempati lokasi binaan, yang jaraknya jauh dari lokasi semula.
Umumnya, kaki lima di kawasan Melawai berjualan pada hari kerja mulai pukul 08.00 hingga 15.00. Sedangkan pada akhir pekan mereka memilih tidak berdagang. “Kalau kantor libur, ya, (kami) libur. Ngikutin aja,” tutur Zulhanif, PKL lain.
Zulhanif tidak memberi tanggapan atas rencana pemerintah DKI yang akan memindahkan PKL dari trotoar ke gedung. Namun, jika diminta memilih, ia lebih suka berjualan di trotoar. Sebab, tempat itu ramai dilalui orang sehingga banyak yang mampir untuk membeli atau sekadar melihat-lihat.
SALSABILA PUTRI PERTIWI | SSN