TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan saat ini hanya 60 persen penduduk DKI yang memiliki aliran pipa air bersih. “Sebanyak 40 persen tidak punya,” kata Anies Baswedan saatmenghadiri acara Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan (Musrenbang) Kota Administrasi Jakarta Barat Tahun 2018 di Jakarta pada Kamis, 22 Maret 2018.
Anies Baswedan mengatakan yang menjadi persoalan pada krisis air adalah masyarakat masih harus membeli air secara eceran, yang biayanya sekitar Rp 20 ribu per hari. Dalam sebulan, ribuan warga miskin itu harus merogoh kocek hingga Rp 600 ribu.
Baca: Anies Baswedan Razia 80 Gedung yang Sedot Air Tanah Secara Ilegal
"Jadi yang hari ini hidupnya masih sulit biaya hidupnya lebih tinggi daripada mereka yang sudah sejahtera," ujar Anies Baswedan, "Kalau pemerintah hanya memikirkan infrastruktur besar, tidak memikirkan infrastruktur untuk rumah tangga, maka ketimpangan akan terus terjadi di Jakarta."
Anies Baswedan mengingatkan Wali Kota Jakarta Barat M. Anas Effendi untuk tidak hanya membahas pembangunan infrastruktur publik dalam Musrenbang tersebut. Tetapi juga infrastruktur yang berkaitan dengan rumah tangga masyarakat, misalnya air.
Simak: Gubernur Anies Baswedan Kritik Keras Dirut PAM Jaya Soal Kontrak
Di samping itu, Anies Baswedan juga mengimbau perubahan pola pikir warga Jakarta sebagai orang kota dalam hal pengelolaan sampah. Menurutnya, kebiasaan buang sampah sembarangan seperti di desa sebaiknya jangan dibawa ke perkotaan.
"Banyak kita dari desa pindah ke kota, berpikirnya masih seperti berada di desa. Ambil air dari mana saja, membuang air di mana saja, membuang sampah di mana saja," jelas Anies Baswedan, "Kenapa? Karena kita tidak berpikir sedang berada di sebuah tempat urban."
SALSABILA PUTRI PERTIWI | UWD