TEMPO.CO, Jakarta - Pakar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hidrologi Hutan juga dosen di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) Nana Mulyana Arifjaya mencemaskan ancaman bencana banjir bandang dan longsor Puncak. Terutama saat curah hujan dengan intensitas tinggi hingga esktrim mengguyur sebagian besar wilayah Bogor.
“Saat ini tingkat kerawanan akan potensi bencana longsor dan banjir bandang di wilayah Puncak sangat tinggi, manakala curah hujan diatas normal mengguyur cukup lama di tiga kecamatan ini,” kata Nana, kemarin.
Meningkatnya potensi bencana di kawasan Puncak, merupakan dampak dari meningkatnya bukaan lahan di wilayah puncak akibat alih fungsi kawasan lindung sebagai daerah resapan air sekaligus hulu sungai Ciliwung berubah menjadi bangunan vila dan pemukiman warga, dan tidak adanya menajemen tata kelola air di kawasan hulu aliran sngai,
Baca : Usai Longsor, Banjir Bandang Ancam Kawasan Puncak
“Kondisi ini bertambah parah setelah dengan adanya dua kejadian gempa yang terjadi di daerah Banten dan Sukabumi, yang getaranya menyebabkan adanya gerakan tanah di kawasan Puncak, yang dapat berubah menjadi daerah gelincir yang banyak menyebar di kawasan tersebut,” tutur Nana.
Menurut dia, curah hujan yang cukup tinggi dengan intensitas mencapai 130-140 milimeter/perdetik yang terjadi Minggu 4 februari 2018 dari sore hingga malam, daerah gelincir yang tersebar di puluhan lokasi di lereng perbukitan ini berubah menjadi longsoran tanah.
“Bahkan dibebrapa lokasi yang luasan daerah gelincirnya cukup besar, menampung jumlah air yang dalam jumlah besar menjadi banjir lumpur yang dapat mengakibatkan banjir bandang,” kata Nana lagi.
Sekretaris Badan Penggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Budi Parnowo mengatakan, Kabupaten Bogor menjadi salah satu satu daerah rawan pergeseran tanah sangat tinggi di Indonesia berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan megitasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Data Mineral.
“Hail survei pada tahun 2017 lalu, dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor ada 22 kecamatan yang rawan pergeseran tanah yang berpotensi menjadi bencana longsor saat turun hujan," Budi, Kamis, 22 Maret 2018.
Dari 22 kecamatan yang rawan pergerakan tanah di Kabupaten Bogor, 12 kecamatan diantaranya masuk dalam statusnya tingkat potensinya menengah sampai tinggi. "Bahkan ada beberapa daerah telpatnya 8 Kecamatan di Kabupaten Bogor pergeseran tanah tersebut juga dapat mengakibatkan banjir bandang," ujar Budi lagi.
Simak juga : Puncak Makin Botak, 5.700 Hektare Hutan Lenyap dalam 16 Tahun
Ke-22 kecamatan yang masuk dalam rawan pergeaeran tanah ini adalah di Babakanmadang, Bojonggede, Caringin, Cariu, Ciampea, Ciawi, Cibinong, Cibungbulang, Cigombong, Cigudeg, Cijeruk, Cileungsi, Ciomas, Cisarua, Ciseeng, Citeureup, Dramaga, Gunungputri, Gunungsindur, Jasinga, Jonggol, dan Kemang.
“Bahkan dalam surat edaran terbaru pasca bencana tanah longsort di Kawasan Puncak, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, memetakan puluhan titik pergeseran tanah yang baru menyebar di kawasan Puncak terutama di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua,” kata dia.
Titik-titik rawan pergeseran tanah yang menyebar di wilayah desa Tugu Utara ini, berpotensi tinggi menyebabkan bencana longsor dan banjir bandang yang besar saat diguyur hujan lebat.
“Berdasarkan data Kementrian ESDM, salah satunya berada di Gunung Mas dengan lebar mahkota longsoran pada tebing berkisar 30 meter, dengan panjang berkisar dari 125-150 meter dengan kemiringan lereng 53 derajat, jika terjadi longsor maka dapat memutuskan akses jalan raya Puncak,” kata Budi soal tingginya ancaman rawan longsor Puncak.