TEMPO.CO, Jakarta - Sudah lebih dari tiga bulan, masyarakat yang tinggal di dekat Kanal Banjir Timur, Marunda, Jakarta Utara, melihat banjir busa di aliran air sungai itu. Busa-busa tersebut mengambang di air Kanal Banjir Timur yang tengah dibendung.
Berdasarkan pantauan Tempo, lautan busa tersebut memenuhi pintu air sepanjang hampir 100 meter. Jika terkena angin, busa-busa yang tebalnya sekitar 5-7 sentimeter tersebut bergulung-gulung dan beterbangan.
Selain itu, sejak pukul 09.15 hingga 11.15, banyak warga yang turut menonton busa tersebut. Bagi beberapa warga, busa-busa tersebut jadi ajang tontonan. Banyak di antara mereka terlihat asyik melihat beberapa orang yang tengah memancing dan menebar jaring.
Baca: Di UI Anies Baswedan Prihatinkan Perubahan Iklim dan Limbah KBT Marunda
Petugas Pintu Air Weir 3 Marunda, Tarya, mengatakan busa-busa yang banyak ini akibat air limpasan dari wilayah hulu di wilayah Pintu Air Weir 2. "Semakin banyak debitnya, semakin banyak busanya," katanya saat di temui ketika bertugas di Pintu Air Weir 3, Marunda, Jakarta Utara, Ahad, 25 Maret 2018.
Menurut Tarya, busa-busa tersebut sebenarnya sudah ada sejak 2014 lalu, tapi tak sebanyak saat ini. Menurut dia, hal itu karena dahulu masih banyak enceng gondok di wilayah Ujung Menteng Sentrep, hulu sebelum pintu air.
Tarya sendiri mengaku tak mengetahui apakah air tersebut tercemar atau tidak oleh limbah. Sebab, hal tersebut bukan kewenangannya untuk menyatakan soal itu.
"Kalau tercemar pasti ada, karena kan ini kanal terakhir. Banyak limpasan air yang ditujukan ke sini. Tapi soal sejauh mana tercemar tersebut bukan kami yang menentukan, tapi hasil laboratorium," ujarnya mengenai fenomena busa di Kanal Banjir Timur di pintu air Marunda tersebut.