TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dan pendidik Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Firdaus Ali, mengatakan lautan busa yang muncul di Pintu Air Weir 3, Marunda, Jakarta Utara, akibat adanya residu detergen. Di Jakarta--bahkan di Indonesia--sudah sangat lazim masyarakat mencuci pakaian menggunakan detergen. Padahal banyak produk detergen yang beredar di Indonesia menggunakan bahan kimia yang bersifat hard.
Menurut Firdaus, selama ini masyarakat memahami bahwa detergen yang baik adalah yang menghasilkan banyak busa. Semakin banyak busa yang dihasilkan detergen, diyakini semakin tinggi pula daya bersihnya. "Detergen yang masuk kategori hard itu, setelah dipakai, pasti masih menyisakan residual," kata Firdaus, Senin, 26 Maret 2018.
Busa di Kanal Banjir Timur, Marunda, Jakarta Utara, terlihat sejak tiga bulan terakhir. Sebaran busa memenuhi badan air sepanjang hampir 100 meter di pintu air kanal. Jika bertiup kencang, busa setebal 5-7 sentimeter bergulung-gulung dan beterbangan.
Firdaus mengatakan kemunculan busa di Kanal Banjir Timur itu bukanlah fenomena baru. Pada 2009, pemandangan serupa pernah muncul di wilayah muara sekitar Jakarta.
Firdaus menjelaskan, residu detergen yang bercampur dengan udara dan air akan menimbulkan reaksi kimia. Reaksi ini akan menciptakan busa saat air bergerak, seperti yang terjadi di pintu air Marunda. Udara yang terik semakin mempercepat proses pembentukan busa-busa tersebut.
Firdaus meyakini lautan busa itu bukan berasal dari limbah pabrik, melainkan rumah tangga. "Karena yang paling banyak menggunakan detergen itu adalah domestik," katanya.