Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penggundulan Hutan Gunung Salak, Bencana Naik di DAS Cisadane

Reporter

image-gnews
Banjir yang merendam pemukiman kawasan Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (25/3). Banjir disebabkan oleh meluapnya sungai Cisadane akibat air kiriman dari Bogor serta alih fungsi hutan lindung menjadi villa di hulu Cisadane kawasan Gunung Salak. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Banjir yang merendam pemukiman kawasan Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (25/3). Banjir disebabkan oleh meluapnya sungai Cisadane akibat air kiriman dari Bogor serta alih fungsi hutan lindung menjadi villa di hulu Cisadane kawasan Gunung Salak. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Potensi bencana banjir dan tanah longsor di kawasan daerah aliran sungai (DAS) Cisadane meningkat karena terjadinya penggundulan hutan di Gunung Salak, Kabupaten Bogor.

Direktur Perencanaan, Evaluasi, dan Perencanaan Daerah Aliran Sungai, Yuliarto Joko Putranto mengatakan, dari 152.576 hektare luas DAS Cisadane, terdapat 71.938 hektare yang berpotensi sangat rawan longsor. Jumlah ini belum ditambah 61.260 hektare yang masuk kategori rawan.

Koran Tempo edisi Senin 2 April 2018, menulis soal kawasan DAS Cisadane.  Laporan tersebut linear dengan temuan limpasan banjir di kawasan, atau tepat di area lereng Gunung Salak.

Baca: Puncak Makin Botak, 5.700 Hektare Hutan Lenyap dalam 16 Tahun

Yuliarto menemukan ada 31.128 hektare wilayah yang sering diterjang banjir bandang dengan tingkat ekstrem. Sebanyak 91.680 hektare lainnya rawan limpasan banjir dalam tingkat tinggi. "Di hulu Cisadane memang rawan banjir," ucap dia.

Yuliarto juga menemukan data tren debit banjir di kawasan DAS Cisadane terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2009, debit banjir hanya 538 meter kubik per detik. Jumlah ini melonjak drastis menjadi 572 meter kubik per detik pada 2017. Hitung-hitungan ini didapat dari analisis intensitas curah hujan 86,4 milimeter per hari.

Lonjakan debit air tersebut diperkirakan terjadi lantaran deforestasi dan alih fungsi lahan di kawasan hulu Cisadane. Kementerian mencatat adanya lonjakan alih fungsi lahan dari pertanian atau perkebunan menjadi area permukiman.

Pada 2009 luas permukiman hanya 19.437 hektare, lalu bertambah menjadi 23.526 hektare pada 2013 dan menjadi 34.756 hektare pada 2017 di seluruh kawasan DAS Cisadane.

Temuan ini berbanding lurus dengan hilangnya hutan primer (hutan perawan) di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) yang mencapai 9,26 hektare dari total 737 hektare pada 2009. Selain itu, kawasan pertanian mengalami penyusutan dari 54.997 hektare pada 2009 menjadi 18.903 hektare pada 2017.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peneliti Forest Watch Indonesia, Anggi Putra Prayoga, mengatakan alih fungsi kawasan hutan dan pertanian lebih banyak terjadi di kawasan Gunung Salak Endah, atau sisi barat Gunung Salak. "Di sana banyak dibangun vila-vila," tutur dia.

Menurut dia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berperan “mengatur” legalitas deforestasi di kawasan hutan konservasi. Seperti halnya yang terjadi di Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna di kawasan Puncak, Anggi mengatakan, "Padahal kawasan itu adalah area penyangga dari bencana banjir."

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Awen Supranata, menjelaskan tidak ada lahan di kawasannya yang berubah fungsi. Atau, sampai mengalami seperti yang terjadi di kawasan Puncak, yang diduga dicaplok vila pejabat.

Kepemilikan lahan dan bangunan ia pastikan berada di luar kawasan TNGHS. "Yang penting, mereka tidak menduduki lahan hutan negara," ucap dia.

Simak: Pemkab Bogor-Perhutani Akan Bongkar Vila Liar Puncak di Cisadon

Awen menjelaskan, total luas kawasan TNGHS mencapai 87 ribu hektare. Jumlah itu terbagi atas zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan tradisional, dan zona khusus. Kata dia, zona inti dan rimba adalah hutan alam yang belum tersentuh manusia. Sedangkan zona pemanfaatan tradisional adalah lahan budidaya tradisional untuk masyarakat setempat. Adapun zona khusus adalah daerah latihan militer.

Kata dia, sampai saat ini tercatat ada beberapa jenis satwa endemik yang masih hidup di Gunung Salak. Di antaranya macan tutul, owa jawa, dan elang jawa. Menurut Awen, habitat hutan di Gunung Salak lebih terjaga ketimbang kawasan di area Puncak, Kabupaten Bogor.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

26 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa malam, 27 Februari 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan alasan pemerintah memutihkan lahan sawit ilegal di kawasan hutan.


365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

26 hari lalu

Sawit 2
365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

Ratusan perusahaan pemilik lahan sawit ilegal di kawasan hutan mengajukan pemutihan.


Pemutihan Lahan Sawit Ilegal Dipercepat, Target Rampung 30 September 2024

26 hari lalu

Shutterstock.
Pemutihan Lahan Sawit Ilegal Dipercepat, Target Rampung 30 September 2024

Pemerintah mempercepat program pemutihan lahan sawit ilegal di kawasan hutan. Ditargetkan selesai 30 September 2024.


Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

26 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan seringkali tidak mendapatkan hak akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya di dalamnya.


Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen

29 hari lalu

Massa buruh membawa poster saat menggelar aksi di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa, 14 Maret 2023. Para buruh juga menuntut pemerintah untuk menghentikan obral tanah dan hutan untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). TEMPO/M Taufan Rengganis
Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen

Kondisi hutan di IKN yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung masih jauh dari kondisi ideal.


Hari Hutan Internasional: Laju Deforestasi Hutan Tiap Tahun Mengkhawatirkan

33 hari lalu

Penggundulan hutan di India. [www.nature.com]
Hari Hutan Internasional: Laju Deforestasi Hutan Tiap Tahun Mengkhawatirkan

Hari Hutan Internasional diperingati setiap 21 Maret. Sejarahnya dimulai 2012 yang diprakarsai oleh PBB untuk membantu dan mendukung konservasi hutan


Agar Dilirik Wisatawan, Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Diusulkan Digarap Sistem Blok

33 hari lalu

Taman Hutan Raya Bunder di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. (Dok.istimewa)
Agar Dilirik Wisatawan, Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Diusulkan Digarap Sistem Blok

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyiapkan pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder di Kabupaten Gunungkidul dengan sistem blok.


OIKN Klaim 65 Persen Kawasan IKN akan Menjadi Hutan Tropis

36 hari lalu

Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN), Bambang Susantono saat mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 18 Maret 2024. Rapat tersebut beragendakan perkenalan Kepala Otorita IKN beserta jajarannya dan pemaparan progres pembangunan IKN. TEMPO/M Taufan Rengganis
OIKN Klaim 65 Persen Kawasan IKN akan Menjadi Hutan Tropis

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono mengatakan 65 persen kawasan IKN akan bisa dijadikan hutan tropis kembali.


Jangan Kabur, Ini 6 Tips Menyelamatkan Diri saat Bertemu Harimau

36 hari lalu

Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) mengamuk dan mengalami gigi taring patah karena mengigit kandang besi saat masuk perangkap di Nagari Binjai, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Minggu, 4 Februari 2024. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat mengevakuasi seekor Harimau Sumatera berjenis kelamin betina, setelah masuk ke kandang jebak yang dipasang karena sebulan terakhir mendapatkan laporan hewan dilindungi itu memakan ternak warga. ANTARA/Iggoy el Fitra
Jangan Kabur, Ini 6 Tips Menyelamatkan Diri saat Bertemu Harimau

Saat sedang pergi ke hutan atau gunung dan bertemu harimau, sebaiknya jangan panik. Berikut beberapa tips menyelamatkan diri saat bertemu harimau.


Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

51 hari lalu

Petugas berupaya memadamkan kebakaran hutan dan lahan di wilayah Bintan Timur, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Sabtu 15 Januari 2022. ANTARA/HO-UPT Damkar Bintan Timur
Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?