TEMPO.CO, Jakarta – Dalam sepekan terakhir, puluhan orang menjadi korban minuman keras ( miras ) oplosan yang dijual di warung jamu. Bahkan, belasan diantaranya kehilangan nyawa. Agar jumlah korban tidak bertambah, polisi berencana menggelar razia minuman keras yang diperjualbelikan secara bebas.
"Kami sudah kumpulkan Kapolsek se-Jakarta Selatan untuk menyelidik lebih jauh, siapa tahu masih ada yang menjual barang tersebut," kata Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Indra Jafar, Rabu, 4 April 2018.
Indra mengatakan tidak mudah untuk merazia warung jamu yang menjual minuman keras semacam ini. Sebab, ketika petugas datang, penjual bisa saja menyembunyikan minuman itu. "Jadi masyarakat harus aktif memberi informasi kepada kami,” kata Indra.
Pada 3 April 2018 diberitakan delapan warga Depok meninggal dan belasan lagi harus dirawat setelah menenggak air gingseng yang dijual di warung jamu di Jalan Akses UI Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Diduga kandungan alkohol dalam air gingseng itu mencapai 96 persen.
Pada hari yang sama, kejadian serupa muncul di Duren Sawit, Jakarta Timur. Dalam dua hari, sebanyak tujuh orang meninggal. Sementara di Cipinang, Jakarta Timur, sebanyak enam orang meninggal.
Kapolres Jakarta Timur Komisaris Besar Yoyon Tony Surya Putra mengatakan, jajarannya sudah menggelar razia sejak 3 April 2018. Namun diduga rencana razia itu bocor karena banyak penjual jamu yang menutup warungnya.
Untuk kasus di Jakarta Selatan, polisi menyebut penjual jamu bekerja sendiri untuk membeli bahan, meracik, hingga menjualnya. Sedangkan di Jakarta Timur, polisi terus menelusuri pemasok minuman keras oplosan. "Target utama kami bukan kaki lima saja, tapi distributornya," kata Yoyon.
Meski terjadi dalam waktu yang nyaris berdekatan, sejauh ini polisi belum menemukan adanya hubungan antara kasus miras oplosan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.