TEMPO.CO, Jakarta - Hartono, korban kebakaran di Perumahan Taman Kota, Kembangan, Jakarta Barat, Kamis, 29 Maret 2018, sudah beberapa hari ini menjadi tukang poles lantai di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Jalan Taman Suropati nomor 7, Menteng, Jakarta Pusat.
Menurut Hartono, ia bisa memoles lantai rumah Anies dalam waktu 1,5-2 bulan. “Saya biasanya moles lantai cuma 200 meter persegi, disini luasnya lebih dari 700 meter persegi,” kata Hartono kepada Tempo di rumah kontrakannya di belakang Stasiun Taman Kota, Kembangan, Sabtu, 7 April 2018. Untuk memoles, Hartono menambahkan, dirinya harus menyewa alat yang digunakan untuk memoles.
“Karena alat yang saya miliki hangus terbakar saat kebakaran. Saya sewa seharinya Rp 50 ribu satu alat,” kata Hartono. Menurut Hartono biaya untuk membeli alat pemoles lantai sangat mahal.
Hartono menjelaskan, uang yang dihasilkan dari bekerja memoles lantai di rumah dinas Gubernur Anies Baswedan akan digunakannya untuk membangun rumahnya, sedikit demi sedikit. “Yang penting bisa mencukupi biaya sehari-hari dan bisa sedikit-sedikit nyicil untuk bangun rumah lagi,” kata Hatono.
Saat rumahnya habis terbakar dalam musibah kebakaran yang melumat sekitar 300 unit rumah di Taman Kota, Kembangan, Jakarta Barat, Kamis, 29 Maret 2018, Hartono hanya sempat menyelamatkan dokumen berharga dan baju seadanya. Namun, ia bersyukur karena seluruh anggota keluarganya selamat. “Bersyukur masih diberikan kesehatan, selamat juga. Itu yang penting,” kata Hartono.
Sejak menjadi tukang poles di rumah dinas Gubenur Anies Baswedan, Hartono mengaku kebanjiran tawaran pekerjaan, karena foto dan cerita dirinya ada di dalam media sosial Anies Baswedan. Hartono mengatakan tawaran pekerjaan datang dari berbagai tempat.
“Ada yang nawarin jadi tukang taman. Tapi, karena itu bukan bidang saya, jadi saya tolak,” kata Hartono kepada Tempo, Sabtu, 7 April 2018. Hartono mengatakan, banyak yang menghubungi dirinya setelah staf Anies Baswedan meminta izin untuk memasukkan nomor telepon dirinya ke dalam media sosialnya.
Bukan hanya di Jakarta, ujar Hartono, tawaran pekerjaan juga datang dari luar daerah, seperti Tegal, Depok, dan Bintaro. Namun, Hartono mengatakan, masih belum menerima tawaran-tawaran tersebut. “Saya selesaikan dulu yang di rumah Pak Anies Baswedan, tawaran dari tempat lainnya masih saya tahan dulu,” ucap Hartono.
Rezeki yang dini dilakoni Hartono tidak lepas dari peran istrinya, Sunarsip, yang meminta bantuan kepada Gubernur Anies Baswedan agar suaminya bisa berkerja untuk menghidupi keluarganya. “Saya bilang ke Pak Anies Baswedan, Pak tolong bantu keluarga saya, tapi saya enggak mau kalau dikasih uang. Saya maunya suami saya dibantu mendapat pekerjaan, soalnya suami saya saat ini lagi nganggur, nggak ada kerjaan,” kata Sunarsip kepada Tempo, Sabtu, 7 April 2018.
Dalam akun Facebook-nya pada 4 April 2018, Anies Baswedan menceritakan saat dirinya berdiri di tengah-tengah puing bekas kebakaran di Taman Kota, tiba-tiba dihampiri seorang ibu setengah baya.
“Pak Anies, semua harta saya habis. Ya tinggal ini aja Pak, baju yg saya pakai,” kata Ibu itu.
Ia katakan itu semua dengan nada amat tenang dan teduh. Tak ada kesan emosional ataupun duka.
Saya jawab, “Ibu rumahnya yang mana?”
“Ya di sini, Pak. Bapak lagi di rumah saya”, jawabnya sambil tersenyum.
Rupanya kita sedang berdiri di puing-puing rumahnya. Karena itulah Ia mendatangi dan menyapa.
Belum sempat saya tanya lagi, ibu itu sudah langsung berkata, “Pak Anies, bantu saya ya. Saya tidak minta uang dan jangan kasih uang. Beri suami saya kerjaan. Dia tukang poles lantai Pak.”
Saya jawab, "Ibu tuliskan nama dan nomor HPnya. Besok saya atur." Ia langsung cari-cari pinjaman ballpoint dan seadanya kertas. Lalu Ia tuliskan nama dan nomor hp suaminya.
Siang ini saya terima foto dari staf, mengirimkan gambar bahwa suaminya sedang bekerja membersihkan lantai di rumah dinas. Dia sedang merajut kembali bangunan ekonomi keluarga yang sempat ludes ditelan api kebakaran.
Itulah kisah keluarga petarung. Rumah kecil, sempit tapi semangat besar dan kuat. Seorang istri yang kehilangan segala harta, tapi tak kehilangan harga diri dan percaya diri. Seorang suami yang kerja keras untuk keluarga tanpa mau sedikitpun hadir mengiba.
Mereka tak mau meminta-minta, mereka tak mau gelisah tapi mereka justru amat yakin bahwa bisa bangkit lagi. Bangkit dengan tangan sendiri, bangkit dengan ikhtiar sendiri.
Jangan pernah sesekali anggap “rendah” mereka yang secara ekonomi masih dibawah. Mereka seringkali lebih “tinggi” dari mereka yang duduknya di gedung tinggi.