TEMPO.CO, Tangerang – Kedatangan Parinah Iksan binti Dulloh di rumahnya di Cilacap, Jawa Tengah disambut tangisan anak-anaknya, suami dan kedua orang tuanya. Parinah , tenaga kerja Indonesia atau TKI hilang, itu tak digaji majikannya dr Ali Abdullah, WN Inggris selama 18 tahun.
"Ini baru sampai rumah. Anak perempuannya membasuh kaki Bu Parinah," kata Ferdinand Nababan petugas Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang kepada Tempo melalui sambungan telepon, Kamis 12 April 2018 pukul 09.15 WIB.
Baca: Parinah, TKI di Inggris Dieksploitasi dan Ditipu Majikan
Parinah, 50 tahun, diantarkan pulang ke kampungnya oleh Ferdinand Nababan dan sopir petugas BP3TKI Serang, Provinsi Banten pada Rabu malam, 11 April 2018.
Selama dalam perjalanan pulang, Ferdinand menjelaskan Parinah tidak bicara apa-apa. "Diam saja sepanjang perjalanan," katanya.
Parinah yang tak digaji majikannya itu tiba di tanah air melalui Bandara Internasional Soekarno-Hattapada Rabu malam, 11 April 2018. Dia menempuh perjalanan 13 jam dari London Inggris menuju Jakarta.
Kepulangan Parinah berkat bantuan KBRI London dan polisi setempat yang membebaskan perempuan yang menjadi asisten rumah tangga itu.
Dari London Parinah sendirian tanpa pendamping menumpang pesawat Garuda Indonesia GA 0087. Setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, dia dijemput Kepala Seksi Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bilateral Kawasan III Kementrian Luar Negeri Ikbal Mohammad Amrullah.
Oleh Ikbal, Parinah diserahkan kepada BNP3TKI untuk diantar pulang ke kampung halaman di Cilacap.
Parinah berangkat menjadi TKI melalui PT Amri pada Desember 1999. Tujuannya Timur Tengah dan mendapat majikan seorang dokter.
"Awalnya dijanjikan gaji 900 Real, sekali kirim gaji ke kampung sekitar 2001 atau 2002 seterusnya sampai 18 tahun tidak pernah diberi," katanya.
Parinah mengatakan tidak ada kekerasan fisik dari sang majikan dan anak-anak, dari sejak tinggal di Arab hingga sang majikan hijrah ke London, Inggris.
"Pekerjaan rumah tangga, mengurus anak. Dari pagi hingga tengah malam bisa jam 21.00 atau 22.00," ujar Parinah.
Perlakuan majikan menurut Parinah tidak kasar dan cenderung baik, kebutuhan sandang juga keperluan sehari-hari dicukupi. Tapi saat ditanya kenapa sampai gajinya tidak diberikan, Parinah menggelengkan kepalanya. "Saya tidak tahu,"ucapnya.
Parinah tinggal di Arab hanya 16 bulan. Pada sekitar 2001, dia mengikuti majikanya pindah ke Inggris. "Tahun 2004 saat di London, paspor saya masih ada tapi sejak itu ditahan tidak dikembalikan,"katanya.
Walhasil setelah lama memendam kerinduan berpuluh tahun, Parinah sembunyi- sembunyi berkirim surat ke kampung halaman pada 5 Januari 2018.
"Saya poskan sendiri dengan perangko yang saya beli dari uang saku yang dikasih anak majikan," kata Parinah.
Simak: TKI Parinah Ingin Kasusnya Jadi Pelajaran
Dalam surat itu dia mengungkapkan perasaan rindu bertemu suami dan anak-anaknya. "Saya tidak tahan, kangen keluarga dan teman-teman.Setiap mau pulang selalu dibilang, nanti-nanti," katanya, menceritakan perlakuan majikan.
Dinas Tenaga Kerja yang menerima pengaduan soal Parinah, TKI hilang, memberi bantuan. KBRI London dan kepolisan setempat kemudian membebaskan Parinah dari rumah majikannya.