TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kamis 12 April 2018 melakukan sidak pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) di Sekolah Menengah Pertama Negeri 67 Setiabudi, Jakarta Selatan.
Hasilnya, ditemukan pelanggaran dalam pelaksanaan USBN 2018 tersebut, karena ada siswa yang membawa handphone (ponsel) ke dalam ruang ujian.
"Tadi ditemukan satu anak di ruang 10 yang kedapatan mengantongi handphone," kata Inspektur Investigasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Wiyono, Kamis, 12 April 2018. Sidak ini dipimpin oleh Fuad dan ditemani oleh satu perwakilan dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.
Baca : Kunci Jawaban USBN di Bekasi Bocor, Ini Kata Dinas Pendidikan
Sejauh ini, kata Fuad, siswa tersebut bisa lolos membawa handphone saat USBN karena minimnya pengawasan dari guru di sekolah, termasuk guru pengawas. Namun, Ia tidak membantah jika ada indikasi kesengajaan dari pihak sekolah dalam temuan ini. "Bisa saja, kalau prestasi anak didik bagus, yang bagus kan namanya sekolahnya juga," kata Fuad.
Ujian sekolah tingkat SMP saat ini memang telah dimulai. Ujian ini merupakan tahapan pertama sebelum nantinya siswa akan menjalani Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) pada 21 April 2018. Ujian sekolah di SMP 67 hari ini telah memasuki hari keempat.
Inspeksi diadakan sekitar pukul 09.00 WIB. Saat itu, siswa baru saja menyelesaikan ujian pertama dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dua kelas dipilih jadi titik inspeksi yaitu ruang 10 dan 11.
Siswa di kedua ruang kelas seharusnya langsung keluar untuk istirahat selama 30 menit sebelum masuk ke ujian kedua, Seni Budaya.
Namun, Fuad telah lebih dahulu meminta izin kepada pihak sekolah agar bisa berbicara selama 10 menit sebelum siswa di kedua ruang kelas bubar untuk istirahat. Benar saja, ditemukan siswa yang mengantongi HP. Padahal, peraturan yang ada mewajibkan agar seluruh tas dan handphone dititipkan di ruang Satpam sekolah.
Atas temuan ini Fuad langsung berbicara dengan Kepala Sekolah SMP 67 Metrin Evivi di lokasi. Metrin, kata Fuad, justru mengklaim bahwa pengawasan ujian di sekolahnya sudah dilakukan semaksimal mungkin.
Tempo telah mengklarifikasi informasi ini kepada Metrin. Ia mengakui ada kecolongan atas terjadinya temuan ini. Menurut dia, ini menjadi pelajaran bagi SMP 67 untuk semakin meningkatkan pengawasan. "Ini hanya satu dari 207 siswa yang ikut ujian," kata dia.
Namun, beberapa hari sebelum ujian dimulai, Metrin mengaku telah mengumpulkan semua guru di sekolah agar meningkatkan pengawasan selama ujian semaksimal mungkin. Oleh karena itu, Ia membantah jika ada unsur kesengajaan dari pihak sekolah. "Pernyataan itu tidak beralasan," kata Metrin.
Wakil Kepala Sekolah Parnyo membenarkan bahwa siswa dikkumpulkan setelah USBN sesi pertama selesai atau sebelum bubar untuk istirahat. Ia juga heran mengapa masih ada saja siswa yang kedapatan membawa HP. "Gimana sampai ada, itulah yang saya tidak tahu, semua tas dan HP dikumpulkan di ruang Satpam," ujarnya.