TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Solahudin, mengatakan Aman Abdurrahman alias Oman Abdurrahman, terdakwa bom Sarinah, adalah ideolog terpenting Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia.
"Dia orang yang dianggap paling memahami ideologi (ISIS) tersebut dan dijadikan sumber rujukan bagi pengikutnya," ujar Solahudin saat menjadi saksi ahli dalam sidang lanjutan bom Sarinah, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa, 17 April 2018.
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan kembali menggelar sidang kasus terorisme bom Sarinah dan Kampung Melayu. Aman Abdurrahman didakwa tersangkut sebagai otak utama pengeboman di Gedung Sarinah, pada 14 Januari 2016 lalu.
Solahudin merupakan peneliti yang melakukan kajian tentang terorisme di Indonesia. Solahudin menyebut aman terkait dalam beberapa peristiwa terorisme di Tanah Air. Solahudin menjelaskan, pelaku tindak pidana terorisme dibagi berdasarkan empat katagori, yaitu ideolog, militan, supporter, dan simpatisan.
Pemimpin tertinggi dari gerakan teroris itu, salah satunya Aman Abdurrahman, masuk ke dalam kategori ideolog. Menurut Solahudin, Aman disebut ideolog karena sangat berkomitmen terhadap ideologi ISIS. Selain itu, Aman juga sangat kukuh dengan keyakinannya tentang ISIS. "Dia juga didukung pengetahuan agama yang dianggap kelompoknya sangat mumpuni," ujar Solahudin.
Dari keterangan Solahudin, Aman merupakan orang yang pintar secara pendidikan akademik. Dia mengatakan Aman adalah lulusan Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta yang lulus dengan predikat nilai memuaskan (mumtaz). "Dia punya hafalan hebat, dikenal sebagai hafiz, banyak hafal kitab-kitab, dan rajin menerjemahkan tulisan-tulisan," ucap Solahudin.
Namun, keterangan Solahudin dibantah Aman. Menurut Aman penelitian Solahudin dalam mewawancarai narasumber yang menyatakan dirinya sebagai ideolog ISIS terpenting kurang akurat. "Beberapa koresponden yang dipilih ahli itu cuma bertemu saya sekali, ada yang tidak pernah bertemu," kata terdakwa bon Sarinah itu.