TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Sekretaris Kabinet Dipo Alam mengusulkan kepada Wakil Gubernur Sandiaga Uno agar ada jalan bernama Jenderal Abdul Haris Nasution, Jenderal Polisi Hoegeng dan Letjen Marinir Ali Sadikin di DKI Jakarta.
“Agar generasi milenial mengenal tokoh sejarah yang konsisten menegakkan keadilan dan kebenaran,” kata Dipo Alam, Ketua Umum Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia periode 1975-1976, kepada Tempo pada Kamis 19 April 2018.
Dipo Alam sudah menghubungi Sandiaga Uno. Dia menjelaskan AH Nasution, Hoegeng dan Ali Sadikin adalah sosok yang memiliki integritas tinggi dan selalu memegang teguh kebenaran dan keadilan.
Baca: Begini Tahapan Nama Jalan Buncit Raya Akan Jadi Jalan AH Nasution
Perjuangan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, ujar Dipo Alam, adalah sangat penting. Ketiga sosok di atas adalah teladan bagi generasi muda.
Dia berharap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wagub Sandiaga Uno memperjuangkan agar ketiga tokoh tersebut menjadi nama jalan protokol di Ibu Kota.
Dipo Alam mengenang sosok Jenderal AH Nasution pada acara 10 tahun wafatnya Arif Rahman Hakim yang diadakan Dewan Mahasiswa UI, pada Februari 1976.
Arif Rahman adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran UI yang tewas ditembak tentara pada 24 Februari 1966, saat unjuk rasa Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia.
Dipo Alam menceritakan persiapan acara tersebut. Dewan Mahasiswa UI berencana mengundang Jenderal Purn A.H Nasution menjadi pembicara.
Ketua Umum Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia periode 1975-76 Dipo Alam menyerahkan cenderamata kepada Jenderal A.H. Nasution usai acara 10 tahun wafatnya mahasiswa UI Arief Rachman Hakim. Rachmat
Mereka meminta izin ke Rektor UI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Syarif Thayeb. Kedua pejabat itu memberi izin.
Acara mengenang 10 tahun wafatnya Arif Rahman Hakim merupakan salah satu program Dipo Alam ketika dia mencalonkan diri sebagai Ketua Dewan Mahasiswa UI periode 1975-1976.
Dewan Mahasiswa UI kemudian menggelar konferensi pers soal rencana acara tersebut. Namun, beberapa hari menjelang acara, tiba-tiba ada penolakan dari Menteri Syarif Thayeb.
Dipo Alam kemudian bertemu Rektor UI yang tetap mendukung acara tersebut. Dia kemudian bertemu Pangkopkamtib Laksamana Soedomo yang tidak melarang acara tersebut. Terakhir dia mendatangi Laksusda Kodam Jaya.
Dipo Alam mengancam akan unjuk rasa jika acara tersebut dibatalkan. Dia memberi jaminan acara mengenang 10 tahun Arif Rahman Hakim akan berjalan damai. Akhirnya Kodam Jaya mengawal acara tersebut.
Simak: Anies Baswedan Stop Kontroversi Nama Jalan Jenderal A.H. Nasution
“Pak Nas cerita soal perjuangannya di militer, ketika kasus G30S PKI, wafatnya Ade Irma hingga saat menjadi ketua MPRS,” ujar Dipo Alam, yang pendidikan master dan doktornya dari George Washington University, Amerika Serikat.
Menurut Dipo Alam, dari perjalanan hidupnya tampak terlihat sosok Jenderal Nasution yang idealis, sederhana dan selalu memperjuangkan kebenaran serta keadilan.
Karakter semacam itu ada pada diri Jenderal Hoegeng (mantan Kapolri) dan Ali Sadikin, mantan Gubernur DKI Jakarta. Ketiga tokoh ini disingkirkan oleh rezim Orde Baru dan tergabung dalam Petisi 50 yang bersikap kritis terhadap Presiden Soeharto.
“Ketiga tokoh itu layak dijadikan nama jalan protokol di Jakarta,” kata Dipo Alam yang berencana bertemu dengan Gubernur Anies Baswedan dan Wagub Sandiaga Uno serta DPRD Jakarta.