TEMPO.CO, Jakarta - Seorang perempuan berinsial SS (24) menjadi korban penyekapan dan perampokan yang diduga dilakukan oleh pengemudi GrabCar. Hal itu rupanya bukan kejadian baru dalam kriminalitas di ibu kota, khususnya DKI Jakarta.
Menurut Kriminolog Universitas Indonesia Kisnu Widagso, perampokan dengan modus seperti itu merupakan fenomena yang sudah lama terjadi. "Itu sudah terjadi dari beberapa tahun lalu. Supir taksi rampok atau melecehkan penumpang, atau sebaliknya," kata dia saat dihubungi, Rabu, 25 April 2018.
Simak: Lima Daerah di Jakarta Rawan Perampokan Taksi
Untuk itu ia mengimbau agar aplikator melakukan background check terhadap calon pengemudi yang mendaftar. "Tapi yang terjadi kan tidak pernah dilakukan background check. Hanya syarat administatif saja," ujar Kisnu. Adanya pengecekan tersebut, pihak aplikator bisa melihat rekam jejak pendaftar.
"Apalagi kalau mereka pernah bekerja di aplikator yang lain. Bisa dicek juga kenapa dia pindah. Apakah bermasalah atau apa," ucap dia.
Meski begitu, tidak bisa juga dikatakan bahwa background check bisa membuat meminimalisir perampokan hilang. Ia menilai, langkah pengecekan tersebut hanya langkah awal untuk menyeleksi pengemudi.
Senada dengan Kisnu, Krimolog Adrianus Meliala juga memberikan pendapat yang sama. Aplikator harus melakukan penyaringan yang ketat kepada siapa saja yang mendaftar. Selain itu, ia melihat, stres akibat menghadapi kemacetan di jalan raya dan tekanan setoran yang tinggi terkadang membuat pengemudi melakukan hal-hal nekat, seperti aksi perampokan.
"Apalagi ketika mendapat penumpang yang rewel, pengemudi bisa terprovokasi," ucap dia.