TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perusahaan Daerah Dharma Jaya Marina Ratna Dwi Kusumajati mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin, 16 April 2018.
Dukungan anggaran dari Pemerintah Provinsi DKI untuk pangan rakyat kecil yang seret menjadi alasan utama Marina Ratna hengkang dari BUMD urusan daging yang dipimpinnya sejak Desember 2014 tersebut.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan wakilnya, Sandiaga Uno, menerima pengunduran diri Marina Ratna pada hari itu juga.
Baca: Sandiaga Uno Akui Dharma Jaya Maju Pesat Dipimpin Marina Ratna
"Saya bicara sepuluh menit dengan Pak Gubernur di Balai Kota," kata Rina, begitu dia disapa, kepada Tempo pada Jumat malam, 27 April 2018.
Kinerja PD Dharma Jaya selama dipimpin Ratna mengalami perubahan dratis. Perusahaan itu selalu rugi dari tahun ke tahun. Urusan internal yang kacau membuat perusahaan distributor daging sapi milik pemerintah Jakarta ini tak pernah setor untung sejak 2011.
Seperti dimuat Koran Tempo edisi 13 November 2015, buruknya laporan keuangan Dharma Jaya membuat Gubernur saat itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sempat hendak membubarkannya.
Setor keuntungan terakhir ke kas daerah pada 2010 sebesar Rp 265,8 miliar. Setelah itu mandeg setor keuntungan hingga pada 2014 membukukan laba cuma Rp 45 juta.
Liat juga: Dirut Dharma Jaya Resmi Mundur, Anies Baswedan Langsung Setuju
Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan DKI Jakarta pernah mengaudit keuangan Dharma Jaya Tahun Buku 2010-2011. Hasilnya, ditemukan indikasi kerugian negara Rp 4,9 miliar, yang terdiri potensi kerugian negara Rp 3,5 miliar dan kekurangan penerimaan Rp 1,7 miliar.
Dua direktur Dharma Jaya bahkan ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana korupsi oleh Kejaksaan Agung. Keduanya adalah bekas Direktur Usaha Basuki Ranto dan Pelaksana Tugas Direktur Usaha Agus Indrajaya. Mereka dituduh menggelapkan anggaran perusahaan pada 2008 hingga 2011.
Ahok menunjuk Rina, seorang pengusaha daging, untuk memimpin Dharma Jaya per Desember 2014.
Rina lantas menemui Ahok guna merumuskan langkah-langkah penyehatan. Saat itu perempuan kelahiran 27 Mei 1965 tersebut berjanji bisa menyetor keuntungan tahun depannya.
Kerugian PD Dharma Jaya dialami sejak 2012. Bahkan, 2014 adalah kerugian terbesar, yaitu mencapai Rp 13,7 miliar. Sejak menjabat, Rina mengurangi kerugian dengan cara menekan pengeluaran hingga Rp 300 juta per bulan.
Walhasil, Rina terus membukukan laba untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Bermula dari rugi Rp 18 miliar pada 2014, Dharma Jaya mengurangi kerugian pada 2015 menjadi hanya Rp 8 miliar.
Selanjutnya, pada 2016 Rina bisa menghasilkan laba Rp 600 juta dan Rp 7 miliar pada 2017. "Pada 2018 sampai Maret Dharma Jaya untung Rp 3 miliar," kata Rina kepada Tempo hari ini, Minggu, 29 April 2018.
Seleksi calon Dirut Dharma Jaya sedang ditangani Kepala Badan Pembina Badan Usaha Milik Daerah (BP BUMD)Yurianto. Rina pun diminta tetap di posisinya sampai 17 Mei 2018.
Wakil Gubernur Sandiaga Uno memerintahkan rekrutmen Dirut Dharma Jaya transparan untuk memilih figur yang independen, profesional, dan jujur. Dirut Dharma Jaya mesti membawa kemaslahatan buat program-program pemerintah dan bisnis perusahaan.
“Yang Bu Marina lakukan ini adalah memberikan kepastian harga daging terjangkau buat warga DKI, itu jauh lebih penting dibanding profitnya,” katanya pada Sabtu, 28 April 2018.
Sandiaga pun mematok target bagi pengganti Rina yakni keuntungan perusahaan Dharma Jaya minimal Rp 8 miliar per tahun dan memenuhi target-target lain program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.