TEMPO.CO, Bekasi - Pemerintah Kota Bekasi gagal merealisasikan pembangunan angkutan massal kereta ringan atau aeromovel. Alasannya, konsorsium investor tidak sanggup untuk membiayai proyek ini karena dinilai anggarannya terlalu besar. "Anggaran yang dibutuhkan Rp 2 triliun," kata Kepala Bidang Lalu Lintas pada Dinas Perhubungan Kota Bekasi, Johan Budi Gunawan, Kamis, 3 Mei 2018.
Sebelumnya tiga konsursium yang hendak membangun aeromovel tersebut adalah PT PPP Indonesia, PT Cakar Bumi Intergritas dan PT Intiadi Dwi Mitra Sejati. Meski demikian, pemerintah tetap membuka peluang kepada investor lain yang ingin membangun transportasi massal berbasis rel tersebut. Rute yang disiapkan mulai dari Kemang Pratama, Kecamatan Rawalumbu sampai Harapan Indah Bekasi, Kecamatan Medansatria dengan jarak 12 kilometer melintas di tengah kota.
Adapun lintasannya dibuat melayang di atas dengan ketinggian lima meter dengan jarak masing-masing tiang pancang sejauh 25 meter. Keberadaan transportasi ini diklaim bisa memangkas waktu perjalanan dari Kemang Pratama-Harapan Indah atau arah sebaliknya dari 45 menit menjadi 30 menit. "Kabarnya ada investor dari Korea Selatan yang tertarik, tapi belum sampai mengajukan kepada pemerintah," kata Johan.
Model moda transportasi massal yang akan dibangun di Bekasi ini mirip dengan Aeromovel yang ada di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Namun aeromovel yang akan dibangun di Bekasi ini, kata Johan, lebih modern layaknya seperti di Brasil.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bekasi, Yayan Yuliana mengatakan, sambil menunggu investor yang bersedia menggarap aeromovel, pemerintah tengah menyiapkan operasional Transpatriot. Saat ini, pemerintah sedang berupaya melelang operator angkutan massal dengan kapasitas 34 tempat duduk tersebut. "Operator bisa swasta maupun BUMN," kata Yayan.