TEMPO.CO, Jakarta – Djunaedi menegaskan tidak akan menuntut panitia penyelenggara bagi-bagi sembako di Monas. Pria 41 tahun itu telah mengikhlaskan kepergian putranya, Mahesa Djunaedi, 12 tahun, yang meninggal setelah mengikuti kegiatan tersebut. "Tidak akan melanjutkan (tuntutan hukum), kami sudah ikhlas," kata Djunaedi di Polda Metro Jaya, Sabtu, 5 Mei 2018.
Menurut Djunaedi, kepergian putranya itu sudah menjadi kehendak Sang Pencipta. Lagi pula semua pihak yang terkait dengan pembagian sembako di Monas telah menunjukkan perhatian kepada keluarganya. "Staf suku dinas, staf pariwisata, staf balai kota mewakili Gubernur dan Wagub juga dari Camat Jakarta Utara dan pihak yang mengatasnamakan relawan sudah ada perhatiannya," kata dia.
Baca Juga:
Mahesa datang ke acara pembagian sembako di Monas pada 28 April 2018, bersama seorang temannya menggunakan angkutan umum. Orang tuanya justru tidak tahu anaknya berangkat ke sana. Petugas Satpol PP menemukan bocah itu dalam keadaan pingsan. Mahesa kemudian di bawa Rumah Sakit Tarakan, Jakarta Pusat. Namun nyawanya tidak bisa diselamatkan. Dokter mengatakan bocah itu mengalami dihidrasi berat.
Nasib serupa dialami Muhamad Rizki Syaputra, 10 tahun. Ia datang bersama ibunya, Komariyah. Mereka sempat ikut antrean pengambilan makanan namun terdorong-dorong. Rizki sempat jatuh dan terinjak-injak. Bocah itu kemudian muntah dan kejang-kejang. Ia juga dilarikan ke Rumah Sakit Tarakan dan meninggal. Seperti halnya Mahesa, Rizki juga mengalami dehidrasi.
Djunaedi menegaskan, keputusan untuk tidak menuntut panitia pembagian sembako adalah keinginannya sendiri. Dia tidak pernah ditekan oleh siapa pun untuk mengambil keputusan itu. "Enggak ada tekanan, sudah ikhlas," kata dia.