TEMPO.CO, Jakarta - Halte Bus Transjakarta 12 Mei Reformasi adalah satu-satunya halte yang didedikasikan untuk mengenang 20 Tahun Reformasi dan Tragedi Trisakti pada 1998.
Halte ini persis di depan Universitas Trisakti, Jalan Kiai Tapa Nomor 1, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Di halaman kampus swasta ini empat mahasiswa yang tewas ditembak paad 12 Mei 1998, sembilan hari menjelang kejatuhan Presiden Soeharto.
Mereka baru 2-3 tahun kuliah di Trisakti ketika ajal menjemput. Para mahasiswa yang gugur itu adalah Elang Mulia Lesmana (kelahiran 5 Juli 1978), Hafidhin Royan (28 September 1976), Hendriawan Sie (3 Mei 1978), serta Heri Hartanto (5 Februari 1977).
Baca: Trisakti Bangun Monumen Reformasi 1998 di Grogol
Halte 12 Mei Reformasi sekaligus menjadi nama dua halte yang menempel, yakni Halte Grogol 1 dan Halte Grogol 2. Atas usulan Universitas Trisakti namanya diubah menjadi Halte Grogol 1-12 Mei Reformasi dan Halte Grogol 2-12 Mei Reformasi per 10 November 2013. Sampai saat ini, civitas akademisi Trisakti masih menanggap nama baru halte itu masih sangat penting.
Suasanan disekitaran Halte Trasjakarta Grogol 2 12 Mei Reformasi di Grogol, Jakarta, 10 Mei 2018. TEMPO/Muhammad Hidayat
"Kenapa penting? supaya publik ingat peristiwa 12 Mei itu bersejarah," kata Dosen Kebijakan Publik Trubus Rahardiansyah kepada Tempo di Kampus Universitas Trisakti pada Selasa, 8 Mei 2018. "Empat mahasiswa gugur sebagai martir."
Insiden yang terjadi 20 tahun lalu itu bermula saat mahasiswa Trisakti mengadakan demonstrasi di depan kampus mereka. Aksi berjalan lancar sampai ada tembakan dari aparat bersenjata ke arah kampus. Empat mahasiswa pun tewas seketika ditembus timah panas aparat.
Kejadian itu pun langsung menyulut protes yang meluas kepada pemerintah. Demonstrasi di sekujur Indonesia, terutama di Jakarta. Puncaknya, 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan lengser dari kursi Presiden yang dia duduki selama 32 tahun.
Menurut Trubus, insiden kekerasan dan aksi mahasiswa terjadi pula pada masa itu di Kampus Universitas Atmajaya Jakarta, Universitas Indonesia, dan beberapa kampus lain di Yogyakarta. Tapi, penembakan di Trisakti menjadi pemicu protes yang lebih keras. "Karena pemantiknya (kejatuhan Soeharto) dari sini."
Itu sebabnya, nama Halte 12 Mei Reformasi penting sebagai penghormatan kepada sejarah dan perjuangan masyarakat, terutama mahasiswa dalam peristiwa Tragedi Trisakti.
Vito Harefa, Wakil Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti, menganggap Halte 12 Mei Reformasi menjadi sarana edukasi bagi masyarakat, terutama generasi milenial seperti dirinya yang tak mengalami peristiwa Refomasi 1998.
"Empat abang-abang kami jadi korban kejadian 12 Mei itu," ujar mahasiswa kelahiran 1996 ini.
Melihat Halte 12 Mei Reformasi di trotoar depan kampusnya, Vito merasa seolah melihat kembali perjuangan mahasiswa pada 1998 yang harus ditebus dengan nyawa. Peristiwa semacam ini tak terbayang di benak generasi terkini yang lahir setelah kritis tersebut.
"(Halte) Ini sebagai trigger agar semangat reformasi itu tidak pernah hilang," kata Vito menanggapi 20 Tahun Reformasi dan Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998.