TEMPO.CO, Jakarta - Kisah terbakarnya Yogya Plaza Klender, nama lama dari Citra Mall di Jakarta Timur, dituturkan kembali seorang korban kerusuhan Mei 1998, 20 tahun reformasi berselang.
Jam tangan baru menunjukan pukul 19.40 saat Tempo menyambangi Mall Citra di Klender Jakarta Timur. Tidak seperti pusat perbelanjaan lain yang ramai pada jam segitu. Pengunjung di pusat perbelanjaan tidak terlihat lalu lalang.
Iyat Hamiyati 29 tahun menyampaikan bahwa mengunjungi Mall Citra hanya untuk mampir membeli makanan di KFC. Tadi dari Stasiun Klender jadi kebetulan lewat. “Kalau mau belanja mending ke Arion saja” ujar dia saat ditemui Tempo 11 Mei 2018.
Warga Jalan Pahlawan Revolusi ini tidak mengetahui secara pasti sepinya Mall Citra. Walaupun rumahnya cuma berjarak 1 kilometer dirinya baru beberapa kali mengunjungi. “Setahu saya dulu pas kerusuhan 1998 gedungnya sempat terbakar.”
Kisah terbakarnya Yogya Plaza Klender yang merupakan nama lama dari Citra Malldiceritakan oleh Maria Sanu. Saat kerusuhan melanda Jakarta pada 14 Mei 1998. Dirinya kehilangan anaknya saat Stevanus Sanu 16 tahun akibat kebakaran Yogya Plaza.
“Pada hari Kamis siang jam 12 lagi pada nonton TV kakaknya vanus (nama panggilan di rumah) nyuruh cuci baju karena sudah direndam dari pagi sampai bau," tutur Maria Sanu.
Sekitar pukul 14.00 dirinya mencari anak yang sejak SMP kelas 1 mulai terbiasa mencuci baju sendiri. Habis cuci baju sempat izin ke masjid untuk main bola. “Ibu tanya temannya katanya pergi ke Yogya Plaza (Mall Citra) melihat tawuran.”
Vanus kata Maria pergi sendirian tidak bareng temannya. Sampai sore tidak pulang padahal waktu itu mau pergi jalan doa Rosario sebagai rutinas pada bulan Mei untuk umat Katolik.
“Di tempat pertemuan pada bilang anaknya naik mikrolet diturunin di Kebon Singkong nggak sampai Perumnas jadi jalan kaki sampai rumah terus Ibu dari Carolus juga bilang jalan kaki sampai rumah nggaknada kendaraan“ tuturnya.
Simak juga :
Maria menceritakan bahwa kondisi pada hari Kamis itu mencekam. Jalanan sepi dan tidak kendaraan yang melintas. “Ibu kemudian bercerita kepada yang lain bahwa Vanus juga belum pulang dari lihat tawuran“ ucapnya.
Simak juga : 20 Tahun Reformasi, Halte 12 Mei Pengingat Tragedi TrisaktiIklan
Besoknya Maria kemudian melapor bahwa Vanus tidak pulang ke Polsek Duren Sawit. Polisi lalu meminta ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo. “Anak ibu (kakak Vanus) yang ke sana mengecek jenazah yang sudah terbungkus plastik hitam dan tidak menemukan tanda-tanda Vanus karena sudah gosong dan bau” tuturnya lagi. Kalau dia yang ke RSCM takut dirinya bisa pingsan.
Saat itu, dirinya hanya berdoa kalau memang Vanus takut pulang biar ditunjukan jalan pulang. “Kalau anak ini sudah masuk terbakar mohon diampuni dosanya itu doa Ibu.”