TEMPO.CO, Jakarta - Pengelola Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta mengemas peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2018 dengan cara yang berbeda. Kepala Museum Kebangkitan Nasional, Mardi Thesianto, akan menggelar Festival Museum Kebangkitan Nasional 2018 hingga Agustus mendatang.
"Jika tahun-tahun sebelumnya hanya diperingati dengan upacara tapi tahun ini berbeda karena ada kemasan menarik dengan festival," kata Mardi, Minggu 20 Mei 2018.
Festival ini bertujuan mendorong masyarakat agar terketuk sehingga mampu memaknai kebangkitan nasional dengan cara yang berbeda sekaligus menguatkan komitmen kebangsaan.
Museum Kebangkitan Nasional juga menghadirkan keluarga dari para pendiri Boedi Oetomo. Para cucu dan cicit Boedi Oetomo ini diharapkan menjadi inspirasi komitmen kebangsaan bagi masyarakat.
Warga mengunjungi diorama sekolah kedokteran Budi Utomo di Museum Kebangkitan Nasional (eks Gedung Stovia) Jakarta, 20 Mei 2018. Hari Kebangkitan Nasional ditandai oleh dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). TEMPO/Muhammad Hidayat
Beberapa kegiatan dikemas menarik di antaranya festival tersebut diramaikan oleh beragam kegiatan dan penampilan artis seperti David Nurbianto dan juga Maliq & D'Essentials.
Kegiatan ini direncanakan berlangsung selama empat bulan dimulai dari 20 Mei 2018 sampai dengan 14 Agustus 2018.
Pembukaan festival dilaksanakan di Museum Kebangkitan Nasional di Jalan Abdul Rachman Saleh 26 Senen, Jakarta Pusat, yang dipandu oleh dua pembawa acara kondang, Danang dan Darto.
Beragam acara yang dihadirkan dalam Festival Museum Kebangkitan Nasional antara lain adalah selfie competition, cinderamata gratis, peluang mendapatkan hadiah (doorprize), photo booth dan bazaar Ramadan.
Museum Kebangkitan Nasional juga mengadakan lomba dan kontes dengan hadiah total jutaan rupiah yang dapat diikuti oleh masyarakat umum sesuai dengan kategori lomba dan kontes lomba dan kontes tersebut di antaranya lomba paduan suara, kompetisi film pendek, kompetisi band cover lagu nasional, lomba sketsa dan kontes fotografi.Suasana diaroma R.A Kartini saat mengajar membaca di Museum Kebangkitan Nasional (eks Gedung Stovia) Jakarta, 20 Mei 2018. Hari Kebangkitan Nasional ditandai oleh dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). TEMPO/Muhammad Hidayat
Festival Museum Kebangkitan Nasional ini terbuka untuk umum. Pengunjung yang datang hanya dipungut tiket masuk museum seperti halnya kunjungan hari biasa.
"Selain dapat menikmati hiburan, dengan digelarnya festival ini sekaligus sebagai upaya promosi museum agar semakin banyak diapresiasi masyarakat," katanya.
Ia menyebutkan inti dari seluruh kegiatan yang diselenggarakan oleh Museum Kebangkitan Nasional adalah untuk menjadikan museum sebagai ruang publik, ruang yang aspiratif dan juga menyimpan sekaligus menjaga memori kolektif bangsa, khususnya bagi generasi muda.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid dalam pembukaan Festival Museum Kebangkitan Nasional (Harkitnas) mengatakan, peringatan Harkitnas setiap 20 Mei 2018 menjadi momentum yang penting di tengah masalah kebhinekaan, disintegrasi bangsa, beragam persoalan kompleks yang sedang dihadapi Bangsa Indonesia.
"Jadi ini penting untuk menegaskan kembali komitmen kebangsaan, bangsa ini 'kan sebetulnya diikat oleh komitmen bukan karena materi bukan karena hal-hal lain tapi karena adanya komitmen kebangsaan," katanya.
Warga mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional (eks Gedung Stovia) Jakarta, 20 Mei 2018. Gedung yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda ini kini berubah menjadi museum untuk belajar sejarah Kebangkitan Nasional Indonesia yang diperingati setiap tanggal 20 Mei. TEMPO/Muhammad Hidayat
Karena itu, dia menekankan pentingnya masyarakat pada Hari Kebangkitan Nasional untuk kembali mengingat betapa komitmen kebangsaan telah menyatukan para pemuda dari berbagai pelosok nusantara untuk mendirikan organisasi Boedi Oetomo pada 1908.