TEMPO.CO, Jakarta - Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia Hengki Heriandono mengakui banyak yang dipertaruhkan jika pilot Garuda Indonesia melakukan mogok massal.
"Yang pertama reputasi dan kepercayaan publik kepada kami," ujar Hengki menjawab pertanyaan Tempo saat berbuka puasa bersama di Pasifik Place, Jakarta, Sabtu malam, 2 Juni 2018.
Selain itu, kata Hengki, mogok kerja para karyawan dan penerbangan ini akan berpengaruh pada on time performance dan kinerja keuangan. Dampaknya juga akan meluas dengan usaha usaha yang dirintis tahun ini akan semakin berat karena imbas kepercayaan konsumen.
Untuk itu, kata Hengki, manajemen akan berusaha sekuatnya agar terjadi diskusi yang baik dengan Serikat Karyawan Garuda dan Asosiasi Pilot Garuda.
"Kami berharap tidak ada mogok massal karena upaya diskusi masih terus dilakukan."
Baca: Garuda Pastikan Pilot Tidak Mogok Dalam Penerbangan Lebaran 2018
Apalagi, kata Hengki, kinerja perusahaan saat ini sedang dalam tahap peningkatan. Indikator peningkatan itu dilihat dari hasil penilaian OAG Flightview sebuah lembaga pemeringkatkan OTP independent menempatan Garuda Indonesia sebagai salah satu dari 10 maskapai penerbangan global dengan capaian OTP terbaik di periode April 2018 dengan capaian sebesar 85.1 persen.
Peningkatan aspek kelancaran operasional terus dilakukan termasuk dengan menambah komposisi jumlah crew baik cabin maupun cockpit. Dari sisi safety, jumlah incident per 1000 departure terus menurun. GFM
Dari sisi pelayanan pun Garuda Indonesia secara konsisten juga berhasil mempertahankan capaian status bintang 5 dari Skytrax yang diraih pada February 2018 lalu. Hal ini juga turut menjadi salah satu wujud komitmen manajemen dalam memberikan konsistensi kualitas layanan yang optimal kepada pengguna jasa.
Baca: Antisipasi Pilot Mogok, Garuda Indonesia Siapkan Skenario ini
Adapun dari sisi kinerja keuangan, meskipun telah terjadi depresiasi rupiah serta kenaikan harga avtur, potensi kerugian perusahaan berhasil ditekan hingga 36 persen dan EBITDAR margin membaik ke 23 persen dari sekitar 19 persen.
Garuda Indonesia juga berhasil menekan kerugian pada Kuartal I-2018 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada Januari - Maret 2018 kerugian tercatat US$ 64,3 juta (Rp 868 miliar) atau turun 36 persen dibandingkan dengan Januari - Maret 2017 mencapai US$ 101,2 juta (Rp 1,36 triliun).
Pilot Garuda Indonesia telah beberapa kali mengancam mogok kerja massal. Alasan mogok kerja antara lain soal perbaikan besaran dan struktur gaji serta penyamarataan gaji dengan pilot asing.