TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur Jakarta Sandiaga Uno bercerita dia pernah memergoki pengemis yang berpura-pura miskin demi mendapatkan uang. Sandiaga menduga tak sedikit pengemis yang menggunakan modus tersebut.
Menurut Sandiaga, peminta-minta yang berpura-pura miskin itu kerap berada di dekat rumahnya. "Deket rumah saya. Coba, deh, nanti ada, tuh, peminta-minta pakaian agak kumel sedikit," katanya di Balai Kota, Senin, 4 Juni 2018.
Baca:
Bawa Duit Rp 90 Juta, Pengemis Ini Terjaring Razia
Pengemis Pakai Toyota Fortuner, Simak Harga Mobilnya
Sandiaga mengaku heran ketika melihat kendaraan yang digunakan pengemis itu untuk pulang. "Saya ikuti pelan-pelan, ternyata di pojokan naik Mobil Toyota Fortuner. Berarti kan dia mampu dan tidak layak mendapatkan infak dan sedekah," ujarnya.
Sandiaga pun meminta masyarakat menyalurkan sumbangannya melalui lembaga zakat resmi milik pemerintah. Dengan begitu, ia yakin uangnya dapat disalurkan untuk meningkatkan taraf hidup pengemis dan gelandangan.
"Karena, secara tradisi, di Kota Jakarta suka membagi-bagi uang (menjelang Lebaran)," tuturnya.
Baca: Wah, Pengemis di Pancoran Dapat 25 Juta Dua Pekan
Bukan sekali ini saja pengemis tajir ditemukan di Ibu Kota. Pada 2003, Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menangkap dua pengemis asal Subang, Jawa Barat, yang mengantongi Rp 25 juta dari hasil dua pekan meminta-minta di Jakarta. Ketika terjaring razia, mereka sedang mengemis di bawah jalan layang Pancoran, Jakarta Selatan.
Di Subang, pria bernama Walang itu tak dikenal sebagai pengemis, melainkan Haji Walang, orang berada.
Pada 2016, Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menjaring Muklis, 64 tahun, pengemis asal Padang, yang membawa uang lebih dari Rp 90 juta. Pria bertubuh kumal itu digelandang petugas saat sedang mengemis di bawah jalan layang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Baca: Walang Dikenal Royal terhadap Warga Kampung
Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan Mursidin dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 11 Oktober 2016, menyebutkan pengemis tajir Muklis mendapatkan uang itu dari hasil mengemis selama enam tahun di Jakarta.