TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Kapolri untuk mengusut kasus penyiraman air keras ke wajah Novel Baswedan yang terjadi pada 11 April 2017, namun hingga saat ini Polda Metro Jaya masih memerlukan bukti lain.
"Kita perlu bukti melihat siapa yang siram. Sekarang kalau kamu dipukul dan tidak ada saksi yang lihat, bagaimana? Saya harus cari lagi," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono pada Senin 18 Juni 2018.
Baca juga: Jawaban Novel Baswedan Soal Tantangan Polri Ungkap Nama Jenderal
Menurut Argo, polisi masih memerlukan waktu untuk mencari penyerang Novel Baswedan, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Polisi harus menemukan bukti yang kuat ihwal pelaku yang menyiram Novel.
Wajah Novel Baswedan disiram air keras oleh orang tak dikenal seusai menjalankan salat Subuh di masjid dekat kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada 11 April 2017.
Hingga lebih dari setahun, kasus tersebut belum juga tuntas. Sampai saat ini, belum ada satupun terduga pelaku yang ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi.
Baca juga: Novel Baswedan Lihat Pelaku Penyiramnya Kembali Datangi Rumahnya
Selama bertugas di KPK, Novel Baswedan menjadi penyidik kasus-kasus besar. Antara lain kasus korupsi simulator SIM yang melibatkan mantan Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Djoko Susilo, kasus korupsi Wisma Atlet Hambalang yang melibatkan pimpinan Partai Demokrat, kasus suap Ketua MK Akil Mochtar dan kasus korupsi pengadaan KTP elektronik pada tahun anggaran 2011 yang diduga merugikan negara Rp 2,3 triliun.
Tiga bulan setelah penyerangan terhadap Novel Baswedan, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian merilis sketsa wajah seorang pria. Menurut Tito, sketsa itu digambar setelah seorang saksi mengaku melihat wajah pelaku lima menit sebelum Novel Baswedan disiram air keras.
Simak juga: Kasus Novel Baswedan, Moeldoko: Desak Polri, Jangan Presiden
Namun, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Azis mengatakan sketsa wajah yang dirilis Tito bukan pelaku. Pada akhir November 2017, Polda Metro Jaya akhirnya merilis dua sketsa wajah pria yang berbeda.
Idham Azis mengklaim kemiripan sketsa itu sudah 90 persen sesuai dengan wajah terduga penyerang. Salah satu sketsa yang dirilis Polda itu mirip dengan sketsa yang pernah dibuat Tempo.
Selain membuat sketsa, polisi juga memeriksa 68 orang saksi, 38 closed circuit television (CCTV), dan 109 toko kimia di DKI Jakarta. Tapi semua petunjuk hanya mengarahkan penyidik ke jalan buntu. Dari puluhan titik CCTV yang ada, polisi hanya bisa mengambil rekaman di dua titik.
Simak juga: Novel Baswedan Pertanyakan Niat Pemerintah Tangkap Penyiramnya
Pemeriksaan CCTV tak memberikan hasil signifikan. Padahal, Polda Metro Jaya telah mengirimkan tiga rekaman CCTV ke Australia Federal Police (AFP) pada Agustus 2017. Tujuannya untuk meminta bantuan meningkatkan kualitas rekaman CCTV.
"Sudah saya sampaikan CCTV sudah (dibawa) ke Australia. Tapi tidak bisa melihat dengan jelas di situ," ujar Argo.
Polisi pun telah memeriksa Novel di Singapura pada 14 Agustus 2017. Waktu itu Novel sedang menjalani pengobatan mata di negeri Singa itu. Novel Baswedan, kata Argo, baru menceritakan kronologi penyerangan. Sebab kondisi belum sehat kala itu.