TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti buaya dari Pusat Penelitian Biologi LIPI Hellen Kurniati heran ada buaya muara yang berkeliaran di sekitar Pondok Dayung, Tanjung Priok. Menurut Hellen, perairan Tanjung Priok bukanlah habitat dari satwa tersebut, meski buaya muara bisa hidup di air asin.
Pakar reptil dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia itu mengatakan buaya muara memaang dapat hidup di air tawar atau air asin. Karena itu, buaya muara berpotensi hidup di laut, tapi ada syaratnya, yaitu harus ada tanaman nipah di sekeliling laut.
Baca: Video Penampakan Buaya Viral, Pengelola Ancol Pasang Jaring
Hellen menjelaskan, habitat buaya muara ada di muara sungai atau pantai yang penuh tanaman nipah.
Atas dasar itulah Hellen heran buaya muara muncul di perairan dekat Dermaga Pondok Dayung di Tanjung Priok. Sebab, perairan Jakarta tidak mendukung reptil itu untuk bertahan hidup.
"Sekadar lewat bisa untuk mencari makan, tapi bukan habitat aslinya," ujar Hellen. "Dia (buaya muara) tidak suka tempat ramai. Lalu lintas kapal juga tinggi. Buat saya masih tanda tanya."
Baca: Buaya di Pondok Dayung, Pengunjung Pantai Ancol Bilang Bismillah
Kemunculan buaya sepanjang 2,5 meter di perairan Dermaga Pondok Dayung itu diketahui pada 14 Juni 2018.
Kepala Dinas Penerangan Koarmada I Letnan Kolonel Laut Agung Nugroho mengatakan anggota Koarmada I telah menembak buaya yang muncul di perairan Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Namun belum diketahui apakah hewan itu mati atau tidak.
Baca: Cerita 30 Aparat DKI 24 Jam Lebih Memburu Buaya Jakarta
"Personel jaga menembak kepala buaya dengan senjata laras panjang," kata Agung dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 15 Juni 2018. Tembakan itu membuat hewan tersebut menghilang dari permukaan dan tidak muncul lagi. "Sampai saat ini personel jaga masih melaksanakan penyisiran untuk mengantisipasi kemunculan buaya tersebut."
Menurut Agung, petugas jaga terpaksa menembak buaya tersebut karena khawatir atas keselamatan masyarakat.