TEMPO.CO, Jakarta -Pada HUT Jakarta ke-491, Tempo menyajikan lokasi nongkrong atau mejeng anak muda yang menonjol dan berkesan bagi generasi era 1980-an. Tapi tak lupa ada pernik di luar itu menyangkut dinamika anak muda dalam keseharian seperti fenomena geng dan gesekan antar kelompok yang mewujud dalam bentuk tawuran.
***
Berbeda pada paruh pertama tahun ini, di HUT Jakarta ke 491, pada tahun delapan puluhan (1980-an) tawuran antar remaja cukup marak. Mayoritas pelakunya adalah pelajar yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Terutama di DKI Jakarta.
Soal maraknya tawuran remaja pernah menjadi topik utama Majalah Hai, yang saat itu dipimpin Arswendo Atmowiloto. Bahkan, ulasan tawuran remaja tidak hanya sekali ditulis majalah remaja itu. Salah satu edisi Majalah Hai yang mengangkat tema tawuran berjudul Jawara Tawuran. Majalah itu terbit pada 20-26 Desember 1988.
Baca : Tongkrongan 1980 - an Sandiaga Uno, dari Basket Sampai Diskotek
Saat itu, Arswendo yang kini dikenal sebagai budayawan tersebut menulis jawara tawuran dari berbagai sekolah di DKI Jakarta. Beberapa sekolah yang dianggap 'jawara' saat itu adalah SMA di Bulungan dan STM Penerbangan.
"Tawuran merupakan pelarian anak muda saat itu, terutama di kota besar seperti Jakarta," kata Arswendo, 69 tahun, saat ditemui di Gedung Sidomuncul di Jalan Arteri Kelapa Dua, Jakarta Barat, Senin, 25 Juni 2018.
Seniman, Arswendo Atmowiloto dan Olivia Zailanty usai konferensi Pers di Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Selasa (9/10). TEMPO/Seto Wardhana
Menurut Arswendo yang kini jadi penasehat di lembaga kesenian Sidomuncul, tawuran pelajar era 1980-an kerap terjadi di kawasan Kramat, Berland, Jatinegara, Tanjung Priok dan sejumlah wilayah lainnya. Jawara yang dimaksud saat itu adalah alumni suatu sekolah yang mewariskan tradisi tawuran ke junior mereka.
Simak juga : HUT Jakarta, Melawai Lokasi Romantis Sandiaga Uno Era 80 - an
Saat mengulas edisi Jawara Tawuran, Majalah Hai sempat dicurigai polisi. Namun, akhirnya Majalah Hai justru bekerja sama dengan polisi, untuk mencegah maraknya tawuran. Polisi pun banyak menciduk 'jawara' tawuran saat itu.
"Faktor keamanan sangat besar sekali. Yang jelas yang tadinya Majalah Hai dicurigai polisi, lalu diajak kerja sama,” demikian Arswendo mengenang. Banyak orang mencari solusi untuk meredam tawuran pelajar. Pada tahun 1988, Majalah Hai menggagas pertemuan antarjagoan atau jawara saat itu.