TEMPO.CO, Jakarta - Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, yang menjadi lokasi begal terhadap staf ahli presiden cukup ramai Kamis siang, 5 Juli 2018. Sejumlah pengemudi ojek online dan pekerja proyek galian terlihat di bawah jembatan menuju halte Transjakarta Glodok.
Begal yang dialami tenaga ahli muda di Kedeputian III Kantor Staf Presiden (KSP), Armedya Dewangga, terjadi sore pada 8 Juni 2018 lalu. Dia diperdaya dengan modus ban kempis oleh empat pelaku yang menumpang tiga sepeda motor.
Baca:
Begini Empat Begal Memperdaya Staf Ahli Presiden
Menurut penjelasan seorang penjaga parkir setempat, Ahmir, lokasi itu biasa ramai. Apalagi, menjelang sore, kemacetan lalu lintas kerap terjadi di sepanjang Jalan Gajah Mada. Ditambah banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan tidak jauh dari lokasi itu.
“Di sini banyak pedagang kali lima. Nanti baru mulai sepi itu malam menjelang dini hari,” ujar dia saat ditemui di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, Kamis, 5 Juli 2018.
Namun, menurut Ahmir, pada H-7 menjelang hari raya Lebaran atau waktu terjadi pembegalan, kondisi jalanan cenderung lowong. Situasi yang sama terlihat dari rekaman kamera pengintai atau Closed Circuit Television (CCTV) Halte Transjakarta Glodok yang merekam peristiwa itu.
Baca:
Staf Ahli Presiden Dibegal, KSP Bantah Dokumen Negara Melayang
Berdasarkan rekaman CCTV yang Tempo terima itu, terlihat mobil Armedya menepi tepat di depan gerbang Citywalk Gajah Mada. Saat dia turun mengecek kondisi ban, satu di antara empat pelaku diduga membuka pintu mobilnya. Pelaku menggondol tas ransel berisi laptop, hard disk, dan uang tunai.
Akibat kejadian itu, Armedya mengaku kehilangan satu unit MacBook ME294, hard disk Seagate, hard disk Western Digital putih dan uang tunai senilai Rp 3,3 juta. Armedya menuturkan kepada Tempo kalau dokumen di dalam laptop dan hard disk itu memuat dokumen negara yang bersifat rahasia, karenanya mendorong polisi memburu pelaku yang hingga kini belum tertangkap kembali.
Belakangan, Kantor Staf Presiden di pemerintahan Presiden Jokowi membantah adanya dokumen negara yang ikut raib. Tenaga Ahli Madya Kedeputian IV bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi KSP Agustinus Eko Raharjo mengatakan barang-barang yang hilang seluruhnya milik Armedya.