TEMPO.CO, Jakarta – Suhu udara dingin yang melanda Jakarta dan sekitarnya belakangan ini, bukan semata-mata karena fenomena aphelion. “Karena musim kemarau yang mengakibatkan suhu di kawasan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menjadi rendah,” kata Kepala Sub Bidang Analisis dan Informasi Iklim BMKG, Adi Ripaldi, saat dihubungi Tempo, Senin, 9 Juli 2018.
Menurut Adi, penurunan suhu ini sebenarnya fenomena biasa di periode musim kemarau. Kondisi seperti ini akan terjadi hingga bulan September nanti. Hingga waktu tersebut, ia mengimbau masyarakat untuk berolahraga rutin dan menjaga kesehatan agar tidak sakit akibat perubahan cuaca.
Masyarakat juga perlu mewaspadai penyakit yang rawan muncul di kondisi cuaca tersebut.
"Kondisi cuaca seperti ini membuat masyarakat rawan terkena sakit flu, insfeksi saluran pernapasan, dan penyakit kulit," ujar Adi Ripaldi.
Musim kemarau yang dibarengi fenomena aphelion, kata Adi, membuat angin kencang dan relatif kering menerpa hampir seluruh wilayah di Pulau Jawa.
Hal ini mengakibatkan suhu dingin akan sangat terasa pada malam hari, sementara pada siang hari menurut BMKG, kadang-kadang cuaca akan terasa sangat terik, namun tiba-tiba terjadi hujan lokal di beberapa tempat.