TEMPO.CO, Jakarta - Markas geng penjambretan Tenda Oranye di kolong jalan tol pelabuhan, Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, dikenal rawan kriminalitas dan peredaran narkoba. Bukti dari peredaran narkoba di lokasi itu adalah hasil tes urine para tersangka yang telah ditangkap.
Baca:
Pelaku Penjambretan Melawan, Kapolda: Tembak di Tempat!
Hasil tes terhadap seluruh tujuh orang tersangka tersebut adalah positif adanya konsumsi narkoba jenis sabu. “Jadi bukan cuma penjambretan atau penodongan. Di sana juga tempat peredaran narkoba," kata Kepala Unit Kriminal Umum Polres Jakarta Barat Ajun Komisaris Rulian Syauri, Rabu 11 Juli 2018.
Polisi mengendus keberadaan para tersangka begal di kolong jalan tol itu ketika memburu para pelaku penjambretan terhadap seorang direktur jenderal di Kementerian PUPR. Penjambretan yang terjadi di kawasan Kota Tua pada 24 Juni 2018 itu bukan hanya menyebabkan si dirjen kehilangan handphone tapi juga patah tulang karena terjatuh dari sepeda dan terseret sepeda motor pelaku.
Baca:
Momok Penjambretan di Tangerang, Anggota Geng Amster Jadi Buron
Pada Jumat dinihari, 29 Juni 2018, polisi menangkap Franky dan seorang lain yang disangka pelaku penjambretan itu. "Franky kami tembak mati karena melawan," ujar Rulian.
Polisi lalu mengembangkan penyidikan dan sampai ke kolong jalan tol pelabuhan di Pejagalan tersebut. Inilai lokasi para tersangka berkumpul untuk merencanakan operasi maupun memperjualbelikan barang rampasan.
Baca:
Kasus Penjambretan, Giliran Geng Saber Diobrak Abrik Polisi
Menurut Rulian, anggota geng Tenda Oranye biasa menggunakan uangnya untuk berfoya-foya seperti berjudi dan memakai narkoba. "Mereka petik (menjambret). Begitu uang habis beroperasi lagi," ujarnya. "Begitu saja kesehariannya."