TEMPO.CO, Jakarta - Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, berusaha menekan peningkatan jumlah orang dengan gangguan kejiwaan dengan cara deteksi dini. Cara ini menjadi penting karena banyak faktor bisa menjadi penyebab gangguan jiwa.
Baca:
Di Cilandak, Puluhan Ribu Orang Alami Gangguan Jiwa dan Terus Bertambah
“Ada yang karena penyakit, kekerasan dalam rumah tangga, ekonomi, sampai pelecehan seksual,” kata penanggung jawab program jiwa Puskesmas Cilandak, Rathia Ayuningtyas, Sabtu, 21 Juli 2018.
Rathia mengungkapkan pernah menemukan ada penderita gangguan jiwa karena merasa depresi terhadap penyakit ambeien atau wasir. Sehingga, kata Ratih, setiap mau buang air besar, orang itu selalu cemas dan berujung depresi.
Rathia pun menemui penderita gangguan jiwa yang disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga. "Ada istri yang sering dipukuli hingga depresi," ujarnya.
Baca:
Begini E-Jiwa Lacak Penderita Gangguan Jiwa di Setiap Rumah
Selain itu, Rathia memperingatkan, usia remaja tidak luput dari masalah gangguan kejiwaan. Sebab, dia menemukan ada remaja yang depresi karena melihat orang tuanya selingkuh.
Jika menemukan problem gangguan kejiwaan seperti itu, menurut Rathia, korban perlu diperkuat rasa percaya dirinya. Petugas, kata dia, harus mengajaknya berdiskusi dan memahami akar persoalan yang dihadapi penderita gangguan jiwa.
Puskesmas Kecamatan Cilandak mencatat kenaikan 25 persen jumlah pasien gangguan jiwa selama 2016-2017. Pada 2016, tercatat jumlah pasien yang datang mencapai 23.188 orang dan meningkat pada 2017 menjadi 30.926 orang.
Baca juga:
Ini Penyebab 40 Pintu Tol Bakal Terdampak Asian Games 2018
Selain itu, jumlah pasien dengan kategori berat, seperti skizofrenia, mengalami peningkatan. Pada 2016, ada 187 orang, lalu meningkat menjadi 203 orang pada tahun lalu, dan pada Juli 2018 telah mencapai 227 orang.
Menurut Rathia, penderita gangguan jiwa ini seperti fenomena gunung es. "Jadi yang terlihat hanya sedikit di permukaan, padahal sebenarnya banyak sekali."