TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerima hantaran dari lima wali kota dan satu bupati dalam acara Lebaran Betawi 2018, Ahad 29 Juli 2018. Hantaran ini merupakan tradisi silaturahmi antara yang lebih muda kepada yang dituakan saat Idul Fitri.
Baca: Ini Alasan Anies Baswedan Tuding Ketua KASN Berpolitik
Hantaran yang diserahkan kepada orang nomor satu di DKI itu merupakan simbol penghargaan dan penghormatan, berisi panganan khas masing-masing daerah.
Kabupaten Kepulauan Seribu, misalnya, menghantarkan olahan laut. Sedangkan para wali kota menghantarkan kuliner khas Betawi lainnya, seperti Ikan Gabus Pucung, dan Roti Buaya. Hantaran itu diterima Anies Baswedan dan isteri, Fery Farhati Ganis.
Ketua Panitia Lebaran Betawi 2018 Munier Arsyad mengatakan ide tentang Lebaran Betawi ini adalah mempertahankan tradisi saling bersilaturahmi antara anak lebih muda ke para tetua dengan membawa hantar-hantaran. Kebiasaan itu pun dilanjutkan pada Lebaran Betawi ke-11 yang diadakan sejak 27 hingga 29 Juli di Setu Babakan.
Sejumlah masyarakat memadati acara lebaran Betawi di Setu Babakan, Jakarta Selatan, 28 Juli 2018. Lebaran Betawi adalah ritual Betawi yang harus jaga betul dan karena kaum Betawi dikenal sebagai orang yang penuh toleransi, kaum yang mudah bergaul. Tempo/Fakhri Hermansyah
Sebelum menerima hantaran, Anies Baswedan menyatakan komitmennya bahwa Lebaran Betawi tidak hanya harus dilestarikan, tetapi juga dikembangkan.
"Jika hanya dilestarikan, maka masa lalu akan awet, tetapi jika dikembangkan, maka akan terus mengikuti perkembangan zaman," kata Anies dalam sambutannya di Perkampungan Budaya Setu Babakan, Ahad.
Anies Baswedan mengatakan, jumlah pendatang ke ibukota memang telah menggerus penduduk asli. Bahkan, sebagaimana disampaikan Ketua Panitia Lebaran Betawi 2018 Munier Arsyad, jumlah penduduk asli bersisa tiga juta jiwa.
Baca: Rombongan Anies Baswedan Dihadang Jawara di Setu Babakan
Namun, eksistensi masyarakat Betawi, bagi Gubernur Anies, tidak ditentukan oleh banyaknya jumlah masyarakat asli yang bertahan, tetapi bagaimana kelompok itu dapat konsisten mempertahankan tradisi dan kebudayaannya.
"Jumlah masyarakat Betawi bisa jadi tidak terlalu banyak, karena makin hari banyak pendatang di ibukota. Tetapi, kalau ditanya budayanya, maka pengaruhnya amat besar di Jakarta," kata Anies Baswedan.
Anies Baswedan mengatakan, begitu para pendatang dari berbagai daerah tiba di Jakarta, mereka harus mengikuti kebiasaan masyarakat Betawi. "Jangan lupa, peristiwa-peristiwa besar di ibukota, fondasinya adalah budaya Betawi," tambahnya.
ANTARA