TEMPO.CO, Bekasi - Institut Pertanian Bogor (IPB) turun tangan melakukan pendampingan kepada masyarakat di Desa Pantaimekar, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi. Mereka membantu masyarakat untuk mewujudkan pantai itu sebagai destinasi wisata potensi alam.
Baca: Bekasi Gandeng IPB Deteksi Dini Hewan Kurban Bermasalah, Caranya?
"Kami mengirim empat orang perwakilan dari Pusat Kajian Resolusi Konflik dan Pemberdayaan Masyarakat IPB untuk mewujudkan pengembangan wisata di Muaragembong," kata Kepala Pusat Kajian Konflik dan Pemberdayaan IPB Prof Dr Ir Sumardjo Ms di Muaragembong, Kamis, 2 Agustus 2018.
Hal itu dikatakannya saat menghadiri agenda bersih-bersih pesisir Pantai Muaragembong yang digelar PT Pertamina EP Asset 3 Tambun Field bersama warga di Desa Pantaimekar.
Dari hasil kajian pihaknya, alam di Desa Pantaimekar sangat berpotensi digarap menjadi destinasi wisata.
Baca: IPB Minta BNPT Jelaskan Langsung Radikalisme di Kampus
Sejumlah komponen penunjang kawasan wisata seperti hutan mangroove, kampung batik Bekasi dan Kampung Kuliner di sekitarnya mulai menunjukkan perkembangan dalam kurun waktu setahun terakhir.
Menurut dia, dalam sebulan keterlibatan pihaknya pada program tersebut diketahui sejumlah pemetaan masalah dalam mewujudkan destinasi wisata di wilayah setempat.
Salah satu masalah yang paling penting dibenahi di Desa Pantaimekar adalah keberadaan sampah yang merusak estetika kawasan.
"Sampah plastik ini dikirim dari kawasan hulu Sungai Cikarang Bekasi Laut (CBL) serta dari Laut Muaragembong yang masuk ke lingkungan Pantaimekar," katanya.
Menurut dia, masyarakat setempat sebenarnya telah sadar dengan pentingnya budaya bersih untuk mewujudkan kawasan wisata, namun kiriman sampah terus berdatangan dari daerah lain.
Pihaknya telah merekomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Bekasi untuk memfasilitasi truk pengangkut sampah.
"Alhamdulillah, hari ini truk sampah sudah mulai beroperasional di sini dan intensif melakukan evakuasi sampah di bantaran sungai maupun laut," katanya.
Hal berikutnya yang dibutuhkan dalam pengembangan wisata Pantaimekar adalah dukungan infrastruktur transportasi yang membuka akses wisatawan menuju lokasi wisata.
Berdasarkan pengamatan tim IPB, Desa Pantaimekar justru lebih dekat bila diakses dari kawasan Teluk Jakarta dari pada pusat kota Bekasi.
Sehingga untuk tahap awal, perlu adanya akses penghubung dari Jakarta menuju Pantaimekar untuk mendatangkan wisatawan.
"Kalau dari Teluk Jakarta hanya butuh waktu kurang dari sejam naik perahu tiba di Pantaimekar, tapi kalau diakses dari pusat kota Bekasi, bisa menghabiskan waktu perjalanan darat lebih dari dua jam. Ditambah lagi situasi jalan yang belum semuanya bagus," katanya.
Dikatakan Sumardjo, rekomendasi berikutnya adalah membentuk badan koperasi yang bertanggung jawab dalam pinjaman modal kepada masyarakat untuk pengembangan produk lokal. Termasuk budi daya rumput laut oleh para nelayan.
"Kuliner bandeng di sini enak. Dibuat tanpa tulang dan dagingnya dicampur rempah yang gurih. Bisnis seperti ini yang perlu dikembangkan lewat koperasi," kata Kepala Pusat Kajian Konflik dan Pemberdayaan IPB Prof Dr Ir Sumardjo Ms.