TEMPO.CO, Jakarta - Warga Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, menderita akibat musim kemarau panjang. Hampir tiga hektare sawah di desa tersebut tidak bisa produksi akibat pasokan air dari Sungai Cinangka mengering.
Baca:
BMKG Sebut Musim Kemarau 2018 Lebih Panjang
Tanah sawah tampak kering dan retak-retak. “Sudah hampir tiga bulan ini mulai dari Juni, sawah tidak menghasilkan,” kata seorang petani, Acih, 40 tahun, ketika ditemui Selasa 14 Agustus 2018.
Acih mengatakan, satu petak sawah biasanya bisa menghasilkan tiga kwintal padi. Sedang di kampungnya saja terdapat kurang lebih 20 petak sawah. Sehingga jika ditotal kurang lebih 6 ton padi tidak bisa diproduksi akibat kekeringan.
Baca:
Lalui Cuaca Kemarau dan Suhu Dingin, Ini 4 Saran dari BMKG
“Selain tidak bisa panen, dampaknya juga para buruh tani di sini yang tidak bekerja,” kata Acih.
Bukan hanya sawah , sumber air yang menyusut juga menyebabkan warga setempat susah cuci atau mandi. Mereka harus berjalan kurang lebih 500 meter menuju Sungai Cinangka untuk kebutuhan mencuci pakaian dan mandi. “Mau bagimana lagi, satu satunya sumber air tersisa di sana,” kata Acih lagi.
Baca:
Kemarau, Pekerja Siram Rumput Makam Pakai Air Got
Ketua RT setempat, Nasan Sulaeman, 53 tahun mengatakan, banyak dampak kekeringan yang menekan kampungnya. Dia menyebut dari total 167 kepala keluarga yang tercatat di desanya, lebih dari 15 persennya merupakan buruh tani.
“Ya kalau lagi kekeringan begini mereka menganggur, atau ada yang alih profesi menjadi pedagang,” kata Nasan.